Lihat ke Halaman Asli

Efrem Siregar

TERVERIFIKASI

Tu es magique

Indonesia Itu Beragam Memanfaatkan Minuman Beralkohol

Diperbarui: 12 November 2020   22:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tuak. (Dok. Pribadi)

Jam sembilan malam, hari Jumat di kota Jakarta. Pekerjaan pada hari itu telah tuntas diselesaikan, kepenatan sudah terasa ke seluruh badan. 

Dari halte Stasiun Gambir, satu-dua orang menunggu kedatangan busway tujuan menuju Pasar Senen. Perjalanan tersendat oleh sesak kendaraan, berhimpit satu mobil dari yang lain. Di luar kemacetan adalah tampilan biasa di jalanan kita Jakarta. 

Setengah jam terlewati ketika bus tiba di halte Pasar Senen. Saya melanjutkan perjalanan dari sana, sekitar 200 meter ke utara, menuju terminal Pasar Senen.

Di situlah tempat saya meneguk tuak yang dijual dari salah satu lapo milik seorang Batak. Layaknya di kampung halaman, beberapa pengunjung mendendangkan lagu sepanjang waktu diiringi rambasan gitar.

Kesan menyeramkan Pasar Senen tidak tampak di malam itu. Bus terparkir di area lapangan, para sopir, pedagang dan orang-orang menyebar ke segala penjuru.

Gelap malam digantik sinar lampu terminal yang dipasang pada tiang tinggi. Tiap Jumat, saya beberapa kali menikmati tuak, minuman alkohol berwarna putih hasil fermentasi dari buah rira atau buah lain khas Batak. 

Terkadang saya meneguknya di lapo Pasar Senen, terkadang membeli minuman beralkohol lainnya di tempat lain, lalu dinikmati sendiri di dalam kamar. Penat tergantikan, alasan lainnya supaya hilang juga beban kerja yang bekasnya menggentayangi di batok kepala. Esok, saya akan menikmati waktu libur.

Tuak minuman memabukkan. Saya menyadari itu dan selalu berlatih untuk bisa mengontrol diri sebelum meneguk habis seliter tuak selama berjam-jam.

Ada alasan lain, tuak dikonsumsi untuk membantu masalah tidur. Saya pribadi merupakan orang yang sangat kesulitan tidur di malam hari. Efek alkohol itu setidaknya membantu cepat terlelap.

Meski bagus untuk membantu tidur, konsumsi itu dibatasi, tidak setiap hari. Satu waktu, saya pernah mendapati diri masih sempoyongan setelah terbangun. Ini contoh buruk sebelum saya berangkat kerja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline