Raja Sayandra, penguasa Kerajaan Mayuda, telah melangkah dari singgasana demi menyambut kedatangan Gaus, menteri keuangan Kerajaan di ruangannya. Gaus yang tua renta menundukkan kepalanya, namun nampaknya dilakukan dengan susah payah. Sang Raja mengangkat senyum bahagia.
Gaus mendahului Sayandra sebelum dipersilakan duduk di kursi dekat tungku perapian. Jarak antara perapian itu cukup mengantar hawa hangat pada badan. Sementara pengawal Istana yang mendampingi Gaus sebelumnya telah berjalan keluar dari ruangan."Sekarang hanya kita berdua di sini," ucap Sayandra.
"Saya berharap bahwa saat ini saya datang dengan sikap bijaksana mendengar ucapan Yang Mulia."
"Aku sedikit terganggu karena kehilangan waktu, untuk berpikir. Katakan, bagaimana aku menuliskan sebuah resolusi," kata Raja.
Resolusi itu, sederhananya, merupakan sebuah kepatuhan ekstrim yang muncul sekali dalam satu tahun, setiap pergantian kalender. Kerajaan Mayuda dan parlemen saat itu, sekitar tahun 1811, memandang eksistensi Raja sebagai perwakilan Tuhan di dunia perlu nyata adanya. Dengan begitu, menteri, bangsawan, pengusahan, parlemen, rakyat, pamong, Kepala Desa dan prajurit wajib mematuhi resolusi.
Resolusi itu terlihat sangat menakutkan namun selalu berakhir indah. Menurut sejarah yang ditafsirkan dari selembar perjanjian hasil perundingan Raja Sagatua, penguasa pertama, dan perwakilan rakyat pada 1811, disebutkan bahwa parlemen mempunyai kewajiban untuk tidak menggugat resolusi. Meski mengada-ada, resolusi ini mustahil untuk diubah, kecuali oleh Sang Raja atau sebuah revolusi.
"Yang Mulia, saya menaruh hormat atas kekuasaan Anda. Tahun ini, Kerajaan Mayuda memperoleh pendapatan negara yang meningkat dua kali lipat dari perkiraan semula. Yang Mulia telah membangkitkan suka cita kepada rakyat" kata Gaus.
"Oh, apa Aku berbuat demikian?"
"Sejujurnya, jika saya tidak lancang mengatakan, semua kegemilangan ini merupakan hasil resolusi yang Anda sampaikan pada tahun lalu."
"Resolusi itu mengatakan semua orang harus bekerja? Saat aku memaksa semua pemilik pabrik itu membayar upah buruh dua kali lipat dan memberikan semua penduduk pekerjaan? Baik, aku sudah mengingat itu. Semua demi rakyatku."
"Dan Anda berhasil. Sebagai seorang menteri, saya memastikan kas keuangan saat ini dapat menjadi awal kemasyhuran yang lebih besar kepada Anda. Dan sebagai paman," kata Gaus menambahkan, "Sayandra, engkau mewarisi cita-cita Ayahmu untuk mempertahankan kejayaan Kerajaan ini, begitu juga kelemahlembutan dari Ibumu, engkau berjuang demi membela kemanusiaan. Engkau telah merdeka dan melampaui perkiraan orang. Engkaulah Raja Agung. Nikmatilah saat ini," ujar Gaus dengan optimis.