Apa jadinya jika spirit kesetaraan (egaliter) tidak mencuat dalam Olimpiade Paris 2024? Bisa jadi event olahraga terakbar di dunia tersebut, akan dikenang sebagai ajang yang menghadirkan kontroversi.
Perancis sebagai tuan rumah penyelenggara Olimpiade, lebih dulu menghadirkan kontroversi yang menggerus spirit kesetaraan pada seremoni pembukaan Olimpiade. Dimana ada satu sesi acara yang dianggap telah menyinggung umat Nasrani.
Umat di berbagai penjuru dunia langsung bereaksi atas kontroversi tersebut yang dinilai bertentangan dengan prinsip yang harus dikedepankan dari penyelenggaraan olimpiade. Sebagaimana yang menjadi janji atlet saat dibacakan pada seremoni pembukaan.
Pernyataan dari janji tersebut adalah, kami berjanji untuk ambil bagian dalam olimpiade ini dengan menghormati dan menaati peraturan dan dengan semangat fair play, inklusivitas, dan kesetaraan.
Bersama-sama kita berdiri dalam solidaritas dan berkomitmen pada olahraga tanpa doping, tanpa kecurangan, tanpa bentuk diskriminasi apa pun.
Kami melakukan ini demi kehormatan tim kami, dengan menghormati prinsip dasar olimpiade, dan untuk menjadikan dunia tempat yang lebih baik melalui olahraga.
Sebetulnya Perancis menempatkan kesetaraan sebagai salah satu dari tiga prinsip dasar yang menjadi semboyan dari konstitusi negara tersebut. Yakni kebebasan (liberte), kesetaraan (egalite) dan persaudaraan (fraternite).
Walau apa yang ditampilkan saat pembukaan olimpiade sebagai ekspresi kebebasan mutlak yang terkandung dalam semboyan konstitusi Perancis. Namun prinsip kesetaraan justru menjadi terabaikan sebagai esensi yang harusnya turut dikedepankan.
Itulah yang juga dilupakan pemain timnas Perancis yang terlibat bentrok dengan pemain Argentina di cabang sepakbola yang mempertemukan dua negara tersebut di babak perempat final. Ditambah lagi pemain Perancis yang sengaja 'mengejek' suporter Argentina saat selebrasi kemenangan.