Perjalanan akhir tahun 2023 kemarin mengantar saya tiba di Kabupaten Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan, untuk menghadiri upacara Mangrara Banua. Yakni tradisi adat budaya Toraja yang masih dipertahankan di era modernitas saat ini.
Mangrara Banua adalah upacara pengucapan syukur, atas selesainya pembuatan Tongkonan. Adapun Tongkonan adalah rumah adat masyarakat Toraja. Jika berkunjung ke daerah Tana Toraja maupun Toraja Utara, keberadaan Tongkonan sangat dominan terlihat.
Mangrara Banua sendiri bukan sekedar pengucapan syukur biasa, karena ada prosesi dan simbol-simbol adat Toraja di dalamnya. Walau demikian, aspek religiusitas tetap menjadi aspek utama dalam upacara adat tersebut.
Tongkonan sendiri punya ciri khas bangunan yang unik dan eksotik. Dimana terdiri yang dibangun dari tumpukan kayu yang dihiasi dengan ukiran dan ornamen khas, berwarna merah, hitam, putih dan kuning.
Bagi masyarakat Toraja yang punya kemampuan finansial, mampu membuat Tongkonan adalah sebuah kebanggaan. Dan melakukan tradisi Mangrara Banua adalah bentuk ekspresi sukacita, atas selesainya pembuatan Tongkonan tersebut.
Dimana keberhasilan membuat Tongkonan selain berkaitan dengan strata sosial di masyarakat, sekaligus sebagai bagian dari melestarikan tradisi adat budaya Toraja yang sudah berlangsung secara turun temurun.
Mangrara Banua yang digelar berlokasi di Mandetek, Kota Makale Tana Toraja. Adapun pihak yang menggelar upacara berasal dari rumpun keluarga Rumbae.
Dalam upacara Mangrara Banua kali ini, selain yang berasal dari wilayah Toraja dan sekitarnya, ada juga anggota rumpun keluarga yang datang dari luar daerah Toraja.