Lihat ke Halaman Asli

Efrain Limbong

TERVERIFIKASI

Mengukir Eksistensi

Membumikan Konsepsi Politik dan Melambungkan Elektabilitas Capres

Diperbarui: 17 Desember 2023   07:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pemilu | kompas.id/chy

Salah satu indikator keberhasilan kandidat Calon Presiden (Capres) dalam perhelatan kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) adalah, sejauh mana konsepsi politik dari kandidat tersebut terbaca secara masif di ruang publik pada masa kampanye.

Pasalnya, antara kandidat sebagai objek dan kandidat sebagai konsep, merupakan dua hal yang berbeda. Sebagai objek, kandidat sebagai insan manusia tidak akan ada yang bisa menampiknya. Tapi sebagai konsep, maka dukungan terhadap sosok kandidat pasti menghadirkan pro kontra.

Mengapa? karena konsep merupakan batasan-batasan dalam kesadaran pemikiran. Contohnya, kandidat A menyebut dirinya sebagai figur yang layak untuk dipilih, maka belum tentu konstituen yang lain akan setuju. Walau ada juga konstituen lain yang setuju memberikan pilihan.

Namun ketika kandidat tersebut menawarkan gagasan dan program lewat konsep yang menarik, maka bisa jadi akan menarik simpati pemilih yang dominan untuk memilihnya. Karena tidak ada keterpilihan yang signifikan, tanpa menawarkan gagasan dan program.

Maka mensosialisasikan konsepsi politik di ruang publik pada masa kampanye, merupakan bentuk penawaran politik yang nyata dari seorang kandidat. Karena penawaran politik dalam perhelatan Pilpres hanya ada dua pilihan.

Yakni pertama, penawaran politik gagasan dan program dan kedua, penawaran politik provokasi, hoaks dan sejenisnya. Terkait tawaran program pun terbagi dua. Yakni yang hendak melanjutkan program pemerintahan sebelumnya, serta yang hendak melakukan perubahan.

Maraknya pemasangan alat peraga guna mensosialisasikan kandidat Capres saat memasuki tahapan Pilpres, membuat publik jadi mengenal dan punya referensi terhadap masing-masing kandidat. Ini salah satu strategi yang sudah tepat.

Faktanya penawaran politik yang sampai di ruang publik saat ini, masih dalam konteks penawaran politik gagasan dan program. Ini bisa terbaca lewat jargon maupun narasi yang terpampang pada alat peraga maupun instrumen kampanye lainnya. Termasuk pada konten di media sosial.

Walau kadang terselip juga narasi yang bersifat resistensi dan mendegradasi, namun harus diakui penawaran politik model ini tidak bisa dielakkan. Padahal dalam berbagai literaai politik, narasi seperti fitnah dan hoaks tidak dibenarkan, karena merusak spirit berdemokrasi yang sehat dan fair.

Yang jelas tidak ada yang salah pada jargon yang tertera di alat peraga, seperti poster, spanduk atau baliho selama relevan dengan konsepsi politik yang diusung. Karena dari situlah, publik jadi mengenal konsepsi politik dari masing-masing kandidat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline