Satu hal yang pasti bagi manusia selama hidup di dunia adalah menjadi tua atau lanjut usia (Lansia). Tak ada seorangpun yang tidak akan berubah menjadi lansia.
Perjalanan setiap insan manusia akan berada di fase lansia, jika masih diberikan panjang umur dari Sang Khalik. Inilah keniscayaan yang tak bisa ditampik. Bahwa kelak setiap orang akan menjadi lansia.
Boleh saja seseorang merasa diri awet muda, namun tak bisa mendustakan kalau sudah berada di fase lansia. Fase dimana manusia berada dalam kerentaan, menikmati sisa umur sembari merenungi perjalanan hidup yang sudah dilalui.
Fase perubahan diri manusia dari anak-anak menjadi lansia, adalah perubahan yang dinamis, bukan statis. Dikatakan dinamis karena semakin berumur, fisikpun berubah. Kalau statis manusia akan stagnan di fase tertentu, misalnya terus terusan jadi anak anak atau remaja. Adakah yang demikian?
Maka bersyukurlah jika seseorang diberi kesempatan untuk menjadi lansia. Diberi umur panjang untuk menikmati sisa hidup bersama keluarga dan orang orang tercinta. Merasakan kebaikan dalam bingkai kebersamaan.
Berbahagialah lansia yang mendapat nikmat kebaikan dan kehangatan yang hakiki dari keluarga. Apakah itu cucu, anak dan menantu maupun kerabat lainnya. Hanya kebahagian tersebutlah yang didambakan di sisa hidup.
Pertanda masih adanya perhatian dan kasih sayang dari keluarga dan kerabat. Sebagaimana kasih sayang yang dulu ia berikan saat membesarkan anak anaknya, hingga dewasa. Lalu menikah dan punya anak yang juga cucu.
Warisan Kebaikan dari Lansia
Beruntunglah saya dalam tugas dan pekerjaan mendampingi Anggota DPD RI Senator Lukky Semen bisa bersua dengan banyak kaum lansia, diberbagai daerah di Sulawesi Tengah. Menyapa, mendokumentasikan dan berbagi kasih dengan mereka.
Dari sini saya bisa melihat kebahagiaan lansia saat berkumpul bersama komunitasnya dan menerima pemberian kasih dalam bentuk bantuan sembako. Melihat mereka pulang diantar keluarga, sembari membawa hasil pemberian yang digenggam dengan erat.