Siapa sangka Pantai Talise yang berada di Teluk Palu yang dulunya terkena tsunami, kini menjadi tempat bersantai warga khususnya menjelang berbuka puasa.
Di atas tanggul penahan ombak setinggi tiga meter yang dibangun oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) Wilayah III Kementerian PUPR, warga bersantai menunggu berbuka puasa tiba, sembari cuci mata menikmati panorama Teluk Palu yang indah.
Para pedagang makanan dan minuman di lokasi Pantai Talise menyediakan tempat bersantai berupa papan beralas karpet dan dilengkapi bantal berukuran besar, untuk memberikan kenyamanan kepada pengunjung.
Di lokasi juga disediakan lampu penerang saat sore berganti malam, sehingga pengunjung tetap dapat bersantai sembari menikmati pesanan berupa makanan dan minuman yang tersedia di lokasi.
Salah satu minuman khas di Pantai Talise tentu saja adalah sarabba yakni minuman hangat yang terbuat dari bahan jahe. Hembusan angin laut bisa dihangatkan jika menyeruput minuman sarraba yang segelasnya seharga Rp 15 ribu. Namun jika ingin menikmati minuman dingin, maka aneka jus enak juga tersedia saat berbuka.
Sementara untuk makanannya tersedia yakni ubi goreng, pisang goreng, kentang goreng, roti bakar, dan tentu saja jagung bakar. Sejumlah warga terlebih dahulu memesan makanan sebelum berbuka puasa tiba.
Saya sendiri walau tidak berpuasa, turut berbaur dengan warga Palu yang datang menanti berbuka puasa di Pantai Talise. Seperti biasa saya memesan sarabba untuk menghangatkan badan yang terkena hembusan angin laut. Lagi pula di masa Pandemi saat ini minuman berbahan jahe ini disarankan untuk dikonsumsi.
Geliat ekonomi di Pantai Talise tidak terbendung walau dulunya sempat terkena tsunami. Sebelum tsunami terjadi tempat ini dulunya sangat ramai oleh para pelaku usaha kecil menengah yang menjajakan minuman dan makanan. Infrastruktur dan fasilitas umum di lokasi ini sempat porak poranda diterjang tsunami.