Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Tradisi Malamang dalam Masyarakat Minangkabau untuk Penyambutan Tamu

Diperbarui: 27 November 2022   18:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masyarakat Minangkabau dikenal kaya akan khasanah budaya, ditandai dengan banyaknya tradisi atau kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Banyak jenis tradisi dalam kehidupan masyarakat Minangkabau seperti balimau, babako, dan masih banyak yang lainnya.

Namun, pada umumnya tradisi-tradisi tersebut perlu dipertanyakan kembali keberadaannya karena perkembangan zaman telah menyebabkan terlupakannya tradisi tersebut karena menganggap tradisi tersebut sesuatu hal yang kuno.

Kalaupun masih ada pada saat sekarang ini, tradisi tersebut telah banyak terjadi perubahan tata cara pelaksanaannya. Namun sejatinya tradisi-tradisi tersebut mengandung unsur dan nilai luhur kehidupan masyarakat Minangkabau yang harus tetap dilestarikan oleh generasi muda Minangkabau sekarang ini.

Salah satu dari sekian banyak tradisi tersebut yaitu Tradisi Malamang. Lamang, makanan yang terbuat dari ketan dan di masak bersana dengan santan kelapa dan dikemas dalam wadah potongan bambu. Disamping makanan randang, ketupat, dan lainnya, lamang juga termasuk makanan khas tradisional Minangkabau.

Makanan lamang ini pada umumnya dapat ditemui di seluruh wilayah Sumatera Barat dan Minangkabau baik itu wilayah darek maupun wilayah rantau.

Lamang ini sangat erat kaitannya dengan peran Syekh Burhanuddin dari Pariaman. Dalam tambo masyarakat Minangkabau, dikisahkan bahwa syekh Burhanuddin suka berkunjung ke rumah-rumah warga untuk bersilaturahmi dan menyiarkan agama islam. Dalam masyarakat Minangkabau, sudah menjadi kebiasaan untuk menjamu para tamu.

lamang-tapai-638343a09557ec17030031d2.jpg

Tujuan Malamang memang sebagai sarana berkumpul dan mempererat tali silaturahmi. Biasanya, lamang dibuat dalam jumlah banyak. Proses pembuatan lamang dimulai dari mencuci sipuluik atau beras ketan, kemudian dikeringkan. Lalu, dimasukkan dalam bambu sepanjang 60 sentimeter yang sebelumnya telah diberi alas daun pisang muda. Setelah itu, beri santan, garam, dan vanila secukupnya. Masak menggunakan kayu bakar. Proses membuat lamang hingga masak atau matang bisa memakan waktu sekitar lima jam dengan api kecil. Lamang yang sedang dibuat ini ada tiga rasa, yaitu rasa pisang, ketan, dan lamang galamai yang terbuat dari tepung beras. Menyantap lemang paling nikmat ditemani tapai atau ketan hitam yang sudah difermentasi.

Tradisi malamang ini harus dilestarikan karna tradisi ini sudah berkembang dari dahulu, dan menjadi salah satu makanan khas sumatera barat yang sering dijumpai pada hari-hari besar keagamaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline