Lihat ke Halaman Asli

Nasi Padang: Kok Ampera dan Nasi Bungkusnya Lebih Banyak?

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1385882971201135918

[caption id="attachment_295682" align="alignleft" width="150" caption="(pic: foodspotting.com)"][/caption]

Restoran Padang yang menyajikan nasi dengan lauk pauknya dan sudah mendapat tempat tersendiri di nusantara dan bahkan mancanegara, memang punya berbagai aspek yang menambah daya tariknya.  Meskipun sudah lama hadir mungkin sebagian kita masih belum tahu kenapa warung nasi Padang yang murah meriah memakai nama Ampera? Lalu kenapa pula bila dibungkus, nasinya jadi lebih banyak?

Ada yang bilang kata Ampera itu ada kaitannya dengan konsep subsidi silang yang diterapkan oleh pedagangnya sejak zaman kolonial.  Ketika itu, yang sanggup makan di restoran untuk menikmati kuliner yang lezat itu hanyalah para penjajah dan sudagar non-pri.  Sementara itu konon para inlander hanya bisa sekali-sekali membeli nasi bungkus yang dibawa pulang untuk dimakan bersama-sama di rumah.

Solidaritas kebangsaan pedagangnya mendorong para pedagangnya melebihkan isi bungkusan itu dengan membebankan biayanya kepada para kolonial dan pedagang yang makan di restoran dengan konsep subsidi silang.  Rasa solidaritas ini lah yang dikatakan sebagai sesuai dengan semangat Amanat Penderitaan Rakyat atau Ampera.  Namun cerita ini diragukan karena pengusaha restoran zaman kolonial tentu bukan inlander yang punya solidaritas demikian, selain istilah Ampera memang baru muncul sejak zaman pak Harto.

Ampera yang merupakan akronim dari Amanat Penderitaan Rakyat adalah doktrin politik pada awal era pak Harto yang ekonomi Negara ketika itu morat-marit.  Untuk meraih simpati rakyat, banyak hal dikaitkan ke Ampera yang akhirnya berkonotasi pro rakyat, demi rakyat, guna mengatasi kesulitan rakyat, dan sejenisnya.  Maka para pedagang nasi pun, terutama warung kecil dan kaki lima,  memakai Ampera untuk menyatakan harga dagangannya murah dan sesuai dengan kantong rakyat.  Sampai hari ini sebuah rumah makan Sunda yang mula-mula sebuah warung makan kecil di terminal Kebon Kelapa, Bandung, dan banyak rumah makan Padang memakai kata Ampera pada nama usaha masing-masing.

Kalau bukan berkaitan dengan kehadiran colonial itu, kenapa nasi Padang yang dibungkus porsinya lebih besar?  Kalau kita cari argumentasi ilmiahnya entah ada entah tidak namun secara common sence saja, dalam keadaan sulit, dengan harga yang murah orang tentu cenderung dapat jumlah yang banyak.  Kita juga tahu, porsi sendukan awal nasi Padang memang relatif kecil untuk orang dalam keadaan lapar sehingga orang cenderung minta “tambuah” (pernah lihat orang makan di restoran Padang nambah nasi sampai 6 kali?).  Nah, di dalam nasi bungkus itu telah dimasukkan sekalian “tambuah” sehingga nasinya jadi lebih banyak.  Maka, kalau anda tidak banyak makan, bila beli nasi Padang yang dibungkus untuk dibawa pergi, ingatkan untuk tidak diberi nasi “tambuah”!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline