Lihat ke Halaman Asli

susilo ari

generalis

Kalau Belum Paham, Jangan Beli Saham (1)

Diperbarui: 12 Juni 2019   02:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Copyright: chartnexus.com

Lebaran yang baru lalu teman lama saya mudik. Kami janjian ketemuan di cafe dekat rumah. Sambil minum kopi dan ketawa, ngobrol soal cari uang. Saya bilang saya sudah main di digital printing service selama lima tahun. Saya juga bilang sudah empat tahunan saya jadi trader online. Saham (stock) dan Forex (foreign exchange). Begitu mendengar, ketawanya mendadak hilang. Jadi muram. Rupanya dia sempat juga ikut-ikutan beli saham di bursa efek. Dan....dia mengalami capital loss yang besar. Terakhir, katanya, dia beli saham di harga Rp1400 per lembar. Belum lama ini harganya jatuh di level Rp670-an. Kasihan.

Saya kasihan bukan hanya karena besaran uangnya tapi juga karena dia sebenarnya hanya ikut-ikutan. Beberapa tahun terakhir memang ada upaya gencar untuk mengajak masyarakat mencicipi mimpi manis pasar finansial, termasuk diantaranya saham dan produk-produk reksadana. Market kita terlalu didominasi oleh modal asing. Begitu salah satu alasannya.

Bagi mereka yang tergaet jadi investor pemula ada kursusnya. Ada seminarnya. Ada training online-nya. Dan yang paling membesarkan hati dan niat, dijamin oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ini juga yang membuat teman saya tadi begitu mantap menatap cuan di depan mata. Teman saya mungkin lupa bahwa yang dijamin OJK adalah faktor keamanan dana yang diinvestasikan. Dipastikan bahwa pengelola dana atau broker sahamnya bukan penipu. Investasinya bukan bodong. Tapi soal capital loss, siapa berani menjamin.

Saya katakan ikut-ikutan karena teman saya tadi dan mungkin juga banyak investor pemula belum paham dunia seperti apa, yang disebut market, yang mereka masuki. Bayangkan market itu sebuah permainan. Kita tidak akan bisa menang dalam suatu permainan kalau kita tidak paham betul seperti apa permainan itu. Sudah tidak paham masih ditambah lagi tidak punya kelihaian untuk bermain. Mana mungkin menang di pertandingan basket kalau dribble saja tidak bisa dan tidak paham soal backcourt pass, travelling, dan seterusnya. Mana mungkin memenangkan permainan kartu remi kalau tidak paham berapa nilai Ace, King, Queen sampai kartu angka 2. Celaka lagi kalau tidak mengenal sama sekali siapa lawan dalam permainan yang kita terlibat di dalamnya. 

Saya sih sebetulnya hanya seorang retail trader. Tidak ada latar belakang pendidikan soal financial market. Saya juga tidak tahu banyak soal ekonomi makro-mikro. Tapi saya merasa beruntung bisa belajar banyak dari beberapa buku tulisan Richard D Wickoff, Tom Williams dan Gavin Holmes yang saya baca. Juga pemahaman yang saya dapat dari mengikuti serangkaian webinar.

Film seperti Wall Street, Margin Call, Wolf of Wall Street juga menambah wawasan. Dan saya ingin membaginya di sini. Tapi butuh waktu dan stamina. Sementara saya juga harus tetap cari uang. Maka tulisan saya ini akan saya buat berseri dan akan saya lanjutkan kalau pembacanya saya anggap sudah banyak dan tertarik. Kalau cuma sedikit....sayang. Time is Money dan Money Never Sleep.

(bersambung ke sini)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline