Lihat ke Halaman Asli

Efi Fitriyyah

Kompasianer Bandung

Inovasi Balitbang PUPR untuk Pengelolaan Sampah

Diperbarui: 7 Desember 2017   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

November sudah datang,  artinya musim hujan jadi semakin akrab dengan keseharian kita.   Dan kalau membahas tentang hujan,  banjir yang menyertainya juga jadi hal yang lumrah kita saksikan atau dengar di berita-berita. Apakah ini artinya hujan jadi pengundang banjir? 

Salah besar buat saya kalau menumpahkan pada hujan sebagai penyebab banjir .  Banjir timbul karena ada yang salah dengan yang kita lakukan dalam penataan lingkungan. Salah satunya adalah pengelolaan sampah.  Sering lihat, kan setiap banjir datang banyak sampah yang mengambang atau ikut hanyut dalam genangan air banjir? 

Sampah plastik dan sampah rumah tangga adalah salah dua di antara sampah harian yang masih jadi pekerjaan rumah bagi kita semua untuk mengelolanya. Padahal sebenarnya kalau tahu bagaimana me-manage-nya, jumlahnya bisa kita tekan sampai residunya hanya tersisa 10-15%. Luar biasa, kan? Baru tau? Sama, saya juga begitu.  Baru tercerahkan saat hari minggu kemarin menyambangi acara Car Free Day di jalan Dago pada hari minggu, 19 November 2017.

Bertempat di pelataran parkir Eduplex, jalan Dago nomor 84 Bandung  ada booth dari Balitbang PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) yang menggelar Campaign "Ciptakan Lingkungan Sehat dengan Inovasi Balitbang". Selain menggelar zumba bersama pengunjung acara, digelar juga diskusi santai yang membahas seputar banjir, sampah dan limbah plastik. 

Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi

foto: Tian

foto: Tian Lustiana

Dokumentasi pribadi

Permasalahan Sampah di Bandung

Menarik nih, soal limbah plastik yang selama ini kita ketahui sebagai limbah yang paling susah diurai oleh alam. Volume sampah plastik setiap harinya di Bandung bisa sampai mencapai  1.311 ton setiap harinya, meliputi wilayah Bandung,  Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat (data dari liputan6.com).  Iya,  ini hitungannya hari,  bukan seminggu atau setahun.

Dokumentasi pribadi

Di sisi lain,  sampah kantong plastik biasa membutuhkan waktu sepuluh sampai 12 tahun agar bisa terurai secara alami. Sementara itu untuk botol plastik butuh waktu lebih lama lagi. Ini dikarenakan polimernya lebih kompleks dan lebih tebal, makanya butuh waktu sampai 20 tahun agar botol plastik bisa hancur. Duh ngeri saya membayangkannya.

Sampah Kresek dan Aspal

Tapi tunggu dulu. Ternyata nih, sampah plastik berupa kresek bisa kita manfaatkan sehingga residunya bisa  diminimalisir dengan mengolahnya menjadi bahan campuran aspal.   Sifat sampah plastik kresek yang lengket/meleleh bila dipanaskan ternyata bagus lho jika dijadikan sebagai bahan campuran aspal.

Sumber: Balitbang PU-PR

Sumber: Balitbang PU-PR

Hingga pada kadar tertentu, sampah plastik  malah bisa meningkatkan stabilitas dan kekuatan campuran aspal hingga bisa meningkatkan umur layanan jalan.  Berita bagus bagi para pengepul sampah,  bisa menambah lini baru untuk sumber penghasilannya, ya.  
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline