Pasar Klewer di jalan Dr Radjiman di kota Solo merupakan sentra batik yang terbesar di Asia Tenggara . Berduyun- duyun para pedagang dari luar kota , membeli dagangan dari pasar yang pernah terbakar di tahun 2014, yang menyebabkan pasar harus direvitalisasi total.
Para pedagang kemudian menempati pasar darurat hingga sekitar tahun 2018 , kemudian begitu bangunan baru berdiri, mereka pindah ke Pasar Klewer baru tersebut.
Menurut beberapa pedagang lama, ada yang kemudian menyewakan tokonya , ada yang menempatinya juga.
Saat itu sebelum pasar selesai dibangun, meski di pasar darurat, tetapi selalu ramai dan parkiran selalu penuh dengan mobil . Baik yang memasok barang maupun yang mengambil barang. Terutama pada hari Sabtu dan Minggu.
Pasar ini juga menjadi destinasi wisata dan merupakan ikon dari kota Solo. Kebetulan letaknya pas di depan kraton Surakarta.
Ketika pandemi datang , transaksi di pasar Klewer juga terpengaruh sangat besar. Banyak pembeli yang merasa takut untuk datang kulakan atau sekedar berbelanja eceran.
Pada bulan Maret 2020 merupakan salah satu pasar yang kehilangan gaung suaranya. Pedagang mencoba berdagang, namun tetap saa pembeli sangat jarang. Omset yang biasanya bisa 10 juta perhari jatuh ke 1 juta perhari.
Berbagai upaya dilakukan. Pasar memberlakukan protokol kesehatan dan tanpa masker akan diusir satpam , menurut sebuah sumber.
Bisnis para pedagang harus tetap berjalan demi roda perekonomian dan kebutuhan hidup. Mereka membentuk gabungan pedagang pasar Klewer dan mengupload dagangannya di media sosial. Ada yang menjalankan bisnisnys secara online lewat media sosial perseorangan.
Roda perekonomian harus terus bergulir dan mulai beradaptasi dengan situasi. Beberapa pedagang juga menawarkan dagangan lewat streaming facebook.
Sebuah terobosan yang patut diapresiasi agar geliat pasar tersebut mulai bersinar lagi dan pasar tidak lagi kehilangan gemanya. Tetap memberlakukan protokol kesehatan.