Lihat ke Halaman Asli

Efi anggriani

Wiraswasta

Untuk Apa Membantu Pulang Orang yang Sudah Berniat Pergi?

Diperbarui: 14 Februari 2020   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebuah analogi yang sederhana , ketika seseorang sudah berniat pergi dari rumah atau hunian yang pernah ditinggalinya, pergi begitu saja. Pertanyaannya adalah untuk apa mempertahankannya? Atau bahkan menolongnya pulang. Jika ini tidak ada kaitannya secara kekeluargaan.

Barangkali tidak begitu tepat analogi ini , tetapi negara adalah ibarat rumah dalam skala lebih besar. Bukankah ketika mereka pergi , mereka berpendapat tidak cocok lagi di negara ini? 

Dalam hal ini tentang pemulangan WNI eks ISIS. Jelas dengan niat sepenuh hati ketika mereka pergi dari tanah air untuk mendapatkan apa yang pernah dikejarnya. 

Saya rasa yang perlu diingat kembali,  bahwa sebuah ideologi itu hanya bisa hangus atau hancur oleh berpisahnya roh dari raga. Ketika sudah dicekoki dengan paham- paham yang diyakini oleh mereka bahwa itu benar, tertutup kemungkinan untuk bisa merubahnya.

Bukan tidak mungkin juga apa yang sudah diinjeksikan dalam pikiran itu lalu kelak disebarkan dan berusaha mencari pengikut berdasarkan paham mereka.

Anak-anak yang sebenarnya masih lugu kemudian diikutkan dalam andil tersebut dan sudah semacam 'brainwash' atau pencucian otak ditanamkan setiap hari. Bagaimana orang tua mereka membiarkan hal demikian terjadi? Yatim piatu dan semacamnya? 

Langkah yang tepat adalah tidak  usah membantu  atau menolong atau menerima orang yang sudah tidak sudi lagi bersama dan lalu mencari apa yang dianggapnya benar adalah membiarkan mereka tetap di tempatnya,  itu resiko yang harus mereka tanggung. Mungkin atas dasar kemanusiaan terketuk, tetapi efek jangka panjang dari 'brainwash' tadi juga perlu diperhitungkan dan  tidak bisa mengawasinya terus seumur hidup, karena bersifat laten atau tersembunyi dan berbahaya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline