Lihat ke Halaman Asli

Efi anggriani

Wiraswasta

Artikel ke-801 di Kompasiana

Diperbarui: 6 November 2019   14:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saya berkenalan dengan kompasiana tanggal 4 April 2019. Ketemu begitu saja, ini bulan ketujuh menuju ke delapan. Tulisan  yang ke 801 yang saya tulis kali ini. Artinya kalau dibukukan sudah sekitar halaman itu atau mungkin lebih.

Ada masa dimana ada rasa mandeg atau berhenti seperti yang saya tuliskan dulu. Yang perlu saya tekankan adalah manusia bisa berubah pikiran seiring dengan waktu.

Apa yang dinamakan gelora menulis itu seperti bermulanya sebuah hubungan yang sedang manis-manisnya, lalu ada kendala dan memaksa menguji ulang apakah harus se intens dulu bertemunya atau dikurangi. Kadangkala mirip sebuah hubungan, terpengaruh pendapat orang lain, dia tidak cocok untukmu, dia tidak terlalu memperhatikanmu, dia hanya menyita waktumu, dia..dia.

Kembali ke soal penulisan, pendapat orang kadang juga sedikit mempengaruhi, buat apa menulis kalau tidak ada pembaca atau pembacanya sedikit, buat apa menulis kalau hanya menguras anggaran kuota hampir 700 ribu perbulan, buat apa menulis kalau tidak dapat pilihan, buat apa menulis kalau tidak dapat apa-apa, buat apa menulis kalau begitu banyak artikel tiap hari mirip kuda pacu berlaga. 

Kacamata tiap orang berbeda, meski intinya sama, menulis itu menuangkan ide yang abstrak menjadi sesuatu yang nyata. Kacamata berbeda juga bagi yang suka membagi link tulisannya atau tidak membagi link. Ada yang selalu menyapa dan ada yang menyapa dengan kaku, bahkan tidak menyapa, tidak ada yang bisa memaksakan pendapat orang ,karena dasarnya tidak bisa berbasa-basi. Ada yang tulisan tidak pilihan namun malah banyak pembaca dan sebaliknya.

Satu hal seorang penulis memiliki pendapat sendiri tentang mengapa ia menulis , tetapi yang pasti saya mau yang tulus-tulus saja. Itulah sebabnya saya mencoba menulis berdasarkan ide tentang hal yang nyata dan tidak bersifat tendensius. 

Mengapa? Barangkali suatu ketika anak cucu saya membaca tulisan saya dan tidak akan menemukan tulisan yang di dalamnya berisi kebencian, tendensius atau mengatur orang lain sedemikian rupa. Bahkan ketika penulis tersebut saya yakin bahkan tidak bisa mengatur anaknya sendiri ,karena anak sudah punya pendapat, padahal dibiayai, apalagi yang tidak dibiayai dan orang lain yang hanya dikenal di komunitas dan kesan gebyar sekilas yang tidak tahu aslinya bagaimana, terlihat baik ternyata jauh dari baik, terlihat angkuh ternyata jauh dari angkuh. 

Kesan itu tidak berarti kalau hanya melihat tulisan dan apa yang terlihat. Satu yang perlu dimengerti adalah buka kembali tulisan dan hapus tulisan yang bersifat tendensius atau sindiran  dan itu sejarah yang akan dilihat anak dan cucu kelak , apakah kesan jahat ,sakartis ada di tulisan itu , hal yang tidak berlaku di tulisan politik , karena bahkan tidak mengenal siapa yang dibahas secara pribadi.

Sebuah janji untuk menulis hal-hal yang baik dan menentramkan adalah janji penulis dan itu adalah tabungan yang menentramkan kelak. Ide itu sangat banyak, tetapi frontal begitu ada tulisan lalu menulis seperti penyangkalan rasanya janggal. Seperti tidak punya ide saja, atau dunia terlalu tua untuk menyadari bahwa tulisan seharusnya tidak berisi sikap-sikap yang mencerminkan ketidakdewasaan. Tua itu pasti, dewasa belum tentu.

Jangan menulis sindiran, sakartis, aturan dan menenggelamkan semangat orang atau orang akan mengira itu sebenarnya kepahitan yang ada di pikiran penulisnya, kecuali tulisan fiksi yang bersifat khayalan semata. 

Damai di bumi Kompasiana, selamat ulang tahun yang ke 11 dan tetap berjaya melaju. Ini tulisan ke 801 di bulan ketujuh menuju ke delapan dan tidak ada satupun tulisan yang bersifat sindiran .

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline