Hari lebaran hampir tiba,Astrid tengah berancang-ancang apa yang ingin dibelinya untuk ibunya di kampung sebagai persembahan gaji pertamanya .
Gaji pertama setelah training selama sebulan di Surabaya,lalu jatah nasi padang ala jawa setiap harinya,dia ingin mempersembahkan gaji pertamanya untuk ibunya.
Dia masih ingat bagaimana usaha ibunya agar dirinya bisa kuliah di kota besar.Menjual salah satu cincin yang disukainya.Mengabaikan keinginannya sendiri.Astrid bertekad satu hal.Membelikan sandal bata dan satu kejutan lainnya saat lebaran.
Astrid mengingat ukuran kaki mereka sama ,modelnya seperti apa,dia bingung.Yang jelas dia tidak suka sandal yang terasa berat jika dipakai.Sandal resmi dan ada hak datar sekitar tiga centi.
Dengan gajinya dia membelikan warna coklat muda dipadu coklat tua,lalu membuka tabungannya.Ini dia kejutannya.
Sehari sebelum lebaran tiba di kampung.Umurnya baru duapuluh satu tahun.Ibunya senang luar biasa dengan sandal yang disayanginya.Untuk berlebaran besuk.
Astrid termangu melihat televisi hitam putih kesayangan,sudah rusak tombol-tombolnya.Kadang hanya warna semut yang keluar dari layar.Padahal itu hiburan satu-satunya yang ada di rumah ini,untuk ibunya.
Sebentar lagi datang.Dia sudah mampir ke toko elektronik tadi.Dia menjual giwang hasil tabungannya.Membelikan teve National yang berwarna untuk ibunya.Tetapi nanti,saat dia pergi ke rumah teman-temannya.Barang akan dikirim.
Astrid pergi ke rumah temannya.Televisi baru itu datang dan ibunya terkejut dari siapa.Pengirim barang mengatakan tidak tahu.Pokoknya alamatnya disini katanya.
Ibunya menangis ketika Astrid datang dan bukannya gembira.Astrid terkesima.Lalu ibunya berkata'maafkan aku ya Astrid,kamu harus melalui semua kepahitan hidup ini'.
Ibu dan anak berpelukan.Astrid mengamati sandal Bata yang dipakai ibunya,bahkan sebelum lebaran tiba.