Lima pria berada di dekat nisan ayahnya, lima pria yang berjaya kecuali satunya,si bungsu yang dianggap merana dan sengsara
Keempatnya sedang berjibaku soal harta,si bungsu terpekur lesu kehilangan tulang-tulang di tubuhnya,lemah lunglai terasa,kehilangan dan kegelapan mengitari hari-hari muram menjelang sebuah kehilangan
Tanah masih belum kering,langkah masih belum keluar dari tempat ayah mereka ditinggalkan sendirian,si bungsu masih tetap menekuri tanah merah,berharap bisa melakukan sesuatu
Empat saudara pria bersitegang,yang menang tambah menang,si bungsu kehabisan,empat tangan dengan keserakahan,merenggut hak yang dia dapatkan
Meredam diri dalam sepi,menuntaskan keiklasan hari demi hari,memprotes tiada hendak dia lakukan,biarlah semua menjadi perjalanan dalam himpitan penderitaan dan kekurangan,injakan kekayaan dan kebanggaan empat kakak lelakinya
Waktu berjalan tiada sia-sia,keiklasan merambah segala warna,tanpa warisan haknya yang direnggut darinya,tiada mengapa,pasti ada penolong,itu yang diyakininya,anak-anaknya berhasil semua
Roda berputar dengan tahun-tahun berat didakinya,tanjakan tinggi dilaluinya sekeras hati,tanjakan dan tangga lebih tinggi dari empat saudara lelakinya,yang pada akhirnya hangus semua warisan yang direbutnya,menolong mereka pada akhirnya,membalas mereka layaknya saudara,membalas dengan semua keiklasan dan kebaikannya,karena hatinya sudah rela
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H