Lihat ke Halaman Asli

Efi anggriani

Wiraswasta

Benarkah Suasana Hati dan Tekanan Hidup Mempengaruhi Reaksi atas Sikap Orang pada Kita?

Diperbarui: 27 Juli 2019   23:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pernah tidak merasa seperti ini?

Suasana hati kita begitu riang dan segala hal lalu terasa begitu ringan,pelayanan dari seorang pramusaji menyenangkan,sikap kasir menyenangkan,sikap sopir menyenangkan,bahkan ketika ada komentar yang tidak bagus di FB paling hanya mikir,ah ini kenapa orang?Salah obat kali ha..ha. Lalu melupakan. 

Atau sebaliknya kita sedang kesal dan banyak sekali tekanan,antrean dan lambatnya pelayanan kasir sudah membuat kita ingin bertanya dengan kesal'tidak bisa lebih cepat kerjanya mbak? Atau saat kita kesal dan naik taksi di suatu kota,mobil yang tidak standar dan sopir taksi saja sudah membuat kesal.Traffic light lambat membuat kesal,komentar biasa saja kita sudah defensif atau melihat tingkah orang kita sudah amat kesal dan hari itu adalah sepanjang hari rasa kesal.

 Seperti halnya mungkin kita tidak menyukai seseorang sedemikian dalamnya,segala kelakuannya selalu membuat rasa tidak suka itu muncul atau jika sebaliknya,menyukai seseorang ,apa saja yang dia lakukan itu,kita suka dan rasanya orang tadi tidak pernah membuat kesalahan hingga kita memiliki perasaaan tidak suka padanya.

Seorang kenalan mengeluhkan sikap anaknya yang katanya baperan dan overthink istilahnya'segala hal yang masuk dicerna di otak dan dipikirkan terus menerus dan mengambil kesimpulan atas apa saja omongan dan sikap orang kepadanya'.Apa saja,jadinya susah  dan harus berhati-hati bersikap dan berbicara dengan dia tanpa merasa salah paham,padahal orang lain juga malas kalau bicara dengan orang yang terus menerus menafsirkan segala omongan orang lain sebagai bentuk rasa tidak suka kepadanya.

Seperti contoh kalimat seperti ini:'wah kulkasnya baru,beli.sendiri atau dapat hadiah?'

Orang tadi sudah menafsirkan,'mentang-mentang aku orang tidak punya,dia kenapa bertanya beli sendiri atau dapat hadiah,seolah-olah aku tidak mampu membeli.'

Dan wujud kalimat lain seperti sebuah sifat yang langsung memberi label'tidak suka padanya '.

Begitu juga jika kebetulan tidak diikut sertakan acara teman-temannya dia sudah berfikir' mentang-mentang aku orang tidak punya jadi tidak masuk hitungan'.

Setelah ditilik ulang,ada begitu banyak tekanan dalam hidupnya dan merasa berkorban sendirian meski ada pasangannya ,dan tekanan-tekanan itu menumpuk menghasilkan ledakan-ledakan atau timbunan-timbunan yang terus menerus bertambah dan berbahaya jika tidak bisa mengatasinya.

Itulah sebabnya ada yang bilang'kita ini lebih susah jika ngomong dengan orang yang sedang susah dan tertekan,karena segala hal bisa menjadi salah paham'

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline