Lihat ke Halaman Asli

Effendy Wongso

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Kisah Eyang dan Arjuna, Kontempolasi Kejujuran dalam Keluguan

Diperbarui: 27 Januari 2025   07:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rowan Atkinson pemeran Mr Bean. Foto: Rowan Atkinson 4ever

Fashion Cafe, Jakarta 1998

"Nama Kakak Eyang, ya?"

Saya mengangguk. Sekilas menatap wajah tirus yang mengarah begitu dekat ke pipi kanan saya. Saya meneruskan mengawasi panggung.

 "Lho, kok Eyang sih?"

"Memangnya kenapa?"

Dia tersenyum. Samar. Lalu menggeleng pelan. "Nggak apa-apa," begitu jawabnya. "Cuma aneh."

"Lha, kok aneh?" Kali ini saya menatapnya serius. Cowok ceking itu sudah terkekeh. Bahunya bergetar hebat. Tapi dia sama sekali tidak meledek saya. Saya tahu, seperti orang-orang yang baru mengenal saya, mereka pasti akan menertawakan nama saya. Eyang.

"Eyang kan, artinya...."

"Nenek-nenek!" ketus saya, menyalibi.

 Bagaimanapun juga, saya tidak dapat menutupi perasaan saya. Saya bosan ditanyai-tanyai tentang nama saya yang kedengaran aneh di telinga orang lain. Padahal, apa sih jeleknya nama Eyang itu? Bagi saya, itu merupakan nama terbaik dan terindah sedunia. Iya, sedunia! Karena menurut Mama, nama Eyang punya makna yang dalam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline