Lihat ke Halaman Asli

Effendy Wongso

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Menanti Pangeran yang Lahir dari Rambun Nova

Diperbarui: 8 Agustus 2022   23:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi cerpen Menanti Pangeran yang Lahir dari Rambun Nova. / (Foto: Behance.net)

Ada Pangeran tampan berstola emas. Sepasang mata birunya sejuk membuai, teduh dan berkilau serupa mute delima yang menghiasi gigir mahkotanya. Sosok dari jauh itu selalu hadir dalam mimpi-mimpi malamnya. Lalu gadis puak bangsawan itu terobsesi dengan bunga tidur yang harum mewangi. Diwujudkannya afeksi itu ke dalam setiap liuk lafaz hidupnya. Sampai-sampai ia serupa sano.

"Oh, Dewiku yang Purna," seseorang menyapanya dari belakang. "Ada apa gerangan denganmu sampai bermuram durja begitu?"

"Ayahanda, Saka Kencana nan Agung," balasnya dengan suara lamat. "Maafkan Ananda yang selalu membuat masalah di istana."

Lelaki berjubah emas itu tersenyum dengan rupa subtil. "Ayahanda sedih bila engkau lafaz segala dewata kehilangan permata keceriaan."

"Bukannya maksud Ananda menyusahkan Ayahanda saat ini. Tetapi...."

Gadis aristokrat itu terdiam dengan bibir kemu. Mungkinkah mimpi akan menjadi kenyataan bila pihak istana turut campur dalam urusan pribadinya?

"Ada apa, Putri Nawang Wulan?"

"Ananda digelisahkan serangkaian mimpi, Ayahanda Saka Kencana nan Agung!"

"Ceritakanlah."

"Sudah dua windu Ananda bermimpi tentang Pangeran dari Negeri Nova."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline