Lihat ke Halaman Asli

Effendy Wongso

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Magnolia dalam Seribu Fragmen Rana (10)

Diperbarui: 3 April 2021   09:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi novel Magnolia dalam Seribu Fragmen Rana. (Inprnt.com)

Tataplah aku patriot
dalam binar gentar mataku
dan diam kemu bibirku

Ajari aku menari
pada padang lalang sekalipun

Fa Mulan
Nyanyian Padang Maharana

Fa Mulan melangkah hati-hati, masuk melewati beberapa sangu tempur di dalam tenda Shang Weng. Penerangan di dalam tenda membias temaram. Pelita di atas meja sudah meredup, nyaris kehabisan bahan bakar minyak samin. Merupakan rutinitas hariannya setiap petang untuk mengisi dan menambah bahan bakar penerangan di dalam tenda Shang Weng tersebut.

Kondisi pemuda itu sudah lebih membaik setelah dirawat khusus Tabib Ma Qhing. Luka pada kulit luar di alur iga ketiga dada kirinya sudah sedikit menutup meski belum mengering benar.

Fa Mulan berhenti di meja kayu tenda. Duduk di salah satu bangku. Menuang minyak samin dari botol tembikar bekas arak kampung ke wadah perak berbentuk teratai pelita. Sejenak ditatapnya wajah tampan Shang Weng yang sudah setengah terjaga setelah selesai menuang.

"Mulan...."

Fa Mulan berlari setengah tergopoh ke samping amben atasannya itu. Dipapahnya punggung lelaki berbadan tegap itu yang hendak berdiri dan berjalan ke arah meja.

"Kapten Shang...."

"Saya sudah tidak apa-apa."

"Anda perlu banyak beristirahat. Jangan banyak bergerak dulu."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline