Lihat ke Halaman Asli

Effendy Wongso

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Para Pendusta di Ladang Hipokrit

Diperbarui: 4 Maret 2021   19:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi puisi Para Pendusta di Ladang Hipokrit. (reqnews.com)

Belum hilang lagu satire yang dinyanykan para tuan
dalam ritme sumbang serupa derik roda kereta api yang patah
dulu, gebung asa untuk para papa digantang melalui janji semanis madu
kini menjelma empedu
: ini pahit yang tak berkesudahan

Satu per satu tuan digiring
ke rumah pesakitan berdinding gawir
dengan tirai-tirainya yang banjar

Terlalu, begitu teriak para papa
yang hidup melarat lantaran tak punya apa-apa lagi
: habis digarong para tuan berdasi necis itu!

Satu per satu tuan dicecar
saif pertanyaan yang merancap dari para agung
gerangan apa yang bikin tuan dirasuki makhluk rasuah

Dalam temaram malam dan sunyi labirin
sepoi angin pelan mengiramakan lagu lama yang sarkastis
menjawabi pertanyaan kerontang para papa
: rasuah adalah monster yang siap menelikung dalam satire




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline