Lihat ke Halaman Asli

Effendy Wongso

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

The Cascades dan Nyanyian Hujan yang Satir

Diperbarui: 21 Februari 2021   20:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi puisi The Cascades dan Nyanyian Hujan yang Satir. (wallpaperbetter.com)

Aku kembali menunggu di bawah payung ini
tirai air dari langit seperti permata
indah, kendati itu adalah lagu pilu
: sakit luar biasa

November 1962
memoar indah nan giris tentang cinta
yang ditoreh John Claude Gummoe
menghayutkan aku dalam bah nostalgia
: hujan tak selamanya indah

Suara hujan dan guntur adalah prolog
(kini) Jakarta tak lagi sama
ketika kasih tinggalkan aku
: dalam gigil yang beku

Partitur tak lagi sekadar notasi
namun, ia bilangan semu
dari nyanyian serak para pendosa
: langit memang sedang murka!

Di sudut sana
The Cascades masih melantunkan lagu yang sama
lirih namun tetap sama

Rhythm of the Rain...
tentang hujan, tentang cinta yang hilang
: dan kekasih yang tak pernah ada

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline