Direktorat Jenderal Pendidikan telah menerbitkan Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru atau PKKMB sebagai pengganti istilah OSPEK atau Orientasi Studi Pengenalan Kampus dan melalui kegiatan ini diharapkan mahasiswa baru dapat mempermudah proses adaptasi mereka dengan lingkungan perguruan tinggi. Namun tak dapat dipungkiri pergantian istilah tak semerta-merta menggantikan mindset terhadap kegiatan ini.
Balon, papan nama besar diikat tali rafia, topi dari ember, dan tas dari karung atau plastik menjadi teman sejiwa berlangsungnya kegiatan ini, dan merupakan contoh konkrit atribut yang nyaris kita lihat setiap kai penerimaan mahasiswa baru di suatu universitas bahkan dicontohkan juga oleh SMA dan SMP. Padahal PKKMB menurut saya seharusnya merupakan barometer kegiatan bersifat edukatif dan informatif, namun justru dominansinya membuat mahasiswa baru tidak peduli lingkungan dan menjadi penakut sehingga mematuhi apa saja yang diperintahkan senior sekalipun merepotkan, mahal, tidak logis dan tidak bermoral. Pernak pernik tersebut dibawa mahasiswa baru dengan perintah dan instruksi yang disampaikan dengan 'penuh semangat' hingga menimbulkan rasa takut. Alih-alih membangun mental dan pola pikir diuniversitas melainkan justru membuat mahasiswa baru menjadi pengecut sekaligus meningkatkan estimasi sampah plastik yang tak kita sadari melalui kegiatan tersebut.
Di era globalisasi seharusnya kira menyadari bahwa sampah plastik menjadi isu global (mendunia) dalam lingkungan dan salah satu penyebab kerusakan lingkungan adalah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah sampah plastik yang dihasilkan oleh manusia, maka sampah plastik menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian serius semua pihak ditanah air. Bertambahnya sampah plastik tentunya juga berhubungan dengan kegiatan ini karena adanya peningkatan aktvitas manusia yang mengakibatkan penumpukan sampah, terutama sampah plastik yang secara otomatis apabila dibuang secara tak bertanggung jawab maka tak dapat diuraikan oleh alam sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan.
Manajemen sampah yang buruk, terutama di Negara-negara berkembang menjadi salah satu pemicunya. Dinegara seperti Indonesia contohnya angka pendaurulangan sampah termasuk rendah yakni dibawah 50%. Lebih jauh lagi, penanganan sampah plastik yang tidak komprehensif akan memicu terjadinya masalah sosial, seperti amuk massa, bentrok antar generasi milenial, dan pemblokiran fasilitas TPA, seiring pertumbuhan jumlah sampah plastik dikota-kota di Indonesia setiap tahun meningkat tajam dan drastis. Masalah sampah plastik yang sering terjadi di Indonesia, menjadi sebuah tantangan yang harus dijawab dan diselesaikan oleh generasi muda atau generasi milenial melalui peningkatan akan pentingnya lingkungan hidup yang bersih untuk kesehatan masyarakat. Peran generasi milenial dalam pengelolaan sampah sangat dibutuhkan dan generasi milenial harus bisa menjadi pionir utama penyelesaian masalah sampah, sehingga indonesia dapat terbebas dari sampah dan dapat hidup dengan bersih dan sehat.
Sosok muda, yang dinamis, yang penuh energi, yang optimis dari generasi muda diharapkan dapat menjadi agen perubahan lingkungan yang lebih baik melalui berbagai kegiatan-kegiatan di Universitas sekaligus diharapakan bisa membawa ide-ide segar, pemikiran-pemikiran kreatif dengan metode thinking out of the box yang inovatif, dengan kata lain generasi milenial menjadi pemimpin masa depan lebih baik dari masa kini dengan konsep change agent untuk menjaga kelestarian lingkungan dan sekitar kita dalam pengeloalan sampah plastik.
3R (Reduce, Reuse dan Recycle) merupakan suatu metode yang tak asing lagi ditelinga kita dan tepat dalam memerangi maraknya penggunaan sampah plastik. 3 opsi ini tentunya dapat diimplementasikan dalam kegiatan PKKMB, yakni:
1. Reduce, merupakan kegiatan mengurangi sampah dengan berbagai macam cara, contohnya yaitu menerapkan sistem dalam pembatasan penggunaan sampah plastik saat berbelanja dengan menggunakan keranjang belanja sendiri yang ramah lingkungan.
2. Reuse, merupakan kegiatan penggunaan limbah plastik yang masih bisa digunakan untuk fungsi yang sama. Contohnya menggunakan papan-papan bekas menjadi kotak suara, ataupun botol/cup minuman menjadi media tanam.
3. Recycle, merupakan kegiatan mendaur ulang limbah plastik. Mirisnya daur ulang belum menjadi kebiasaan di Indonesia. Salah satu kegiatan mendaur ulang ini bisa dilakukan dalam kegiatan ini, contohnya mendaur ulang kemasan sabun menjadi tas belanja.
Peran generasi milenial pada tahap pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah plastik tentunya sangat penting dalam kemajuan bangsa ini dan kita diharapkan dapat membawa indonesia menuju kemajuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H