Lihat ke Halaman Asli

Bersih Dusun, Ungkapan Rasa Syukur Masyarakat Desa

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13416049372013638330

Kamis (05/07/2012), warga masyarakat dusun Jonggolan  menyelenggarakan pagelaran wayang kulit dengan dalang Ki Daryono Klelur dari Gagak Sipat, Boyolali, bagian dari acara Mreti Dusun atau bersih desa, sebuah  acara tahunan hasil swadaya masyarakat yang diadakan setiap bulan Ruwah (penanggalan Jawa). Bersih Dusun ini adalah rangkaian dari  acara Nyadran yang juga terus dilestarikan oleh masyarakat setempat.

Substansi  dari acara tersebut adalah rasa syukur masyarakat pada Tuhan yang telah memberikan segala kenikmatan serta sebagai doa permohonan agar selalu diberikan keselamatan dan kemudahan dalam segala aktifitas sekaligus sebagai rasa penghargaan manusia dengan alam semesta. Tradisi budaya ini menyimpan kearifan lokal tentang pentingnya nilai-nilai kebersamaan, kekeluargaan serta gotong royong dalam bermasyarakat tanpa membeda-bedakan status sosial warganya. Meninggalkan semua bentuk perbedaan untuk berselaras dalam satu kesatuan inilah yang patut kita teladani dalam kehidupan nasional dan berbangsa.

Dengan selalu menghadirkan kesenian tradisional dalam acaranya, bersih dusun telah ikut memberikan andil dalam melestarikan kesenian-kesenian adiluhung  warisan nenek moyang khusunya wayang kulit. Antusias  warga sangat terasa terlihat dari tidak beranjaknya mereka dari kursi penonton dari acara dimulai sampai selesai. Pemilihan lakon Wahyu Keslametan juga bukan tanpa alasan karena wahyu dianggap sebagai harapan atau tuah baik bagi masyarakat karena mengangkat tema perjalanan spiritual suatu tokoh yang diharapkan bisa menjadi bahan pembelajaran sekaligus hiburan bagi masyarakat. Untuk beberapa daerah tertentu ada yang mengangkat lakon Baratayuda sebagai lambang untuk menolak bala atau ruwatan.

Dapat diambil kesimpulan bahwa bersih dusun telah menarik garis vertikal dan horisontal secara bersamaan yakni ungkapan doa dan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan dan harmoni  antar warga masyarakat tanpa memandang latar belakang sosialnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline