Jakarta sebagai barometer pembangunan dan barometer kegiatan social, budaya dan politik nasional tentunya tidak bisa dilepaskan dari kegiatan kultural dan spiritual keagamaan masyarakatnya. Namun Jakarta mendapat predikat kota ketiga terendah dalam toleransi oleh lembaga Setara Institute. Singkawang menjadi paling sukses menerapkan toleransi bahkan sampai RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) dan produk hukum lainnya. Sedangkan kota yang paling rendah toleransinya menurut Setara Institure adalah kota Tanjung Balai, Sumatera Utara. Dengan penilaian ini tentunya menjadi cambuk bagi masyarakat dan pemerintah DKI Jakarta dapat keluar dari stigma negative sebagai kota yang anti toleran.
Sebagai ibu kota, dan pusat berbagai aktivitas kenegaraan, seharusnya Jakarta menjadi barometer soal toleransi di Indonesia. Karena kedewasaan menerima perbedaan harus dinilai sebagai rahmat Tuhan bukan di perdebatkan. Warga Jakarta yang plural ini harus bisa menerima dan memahami itu sebagai kota yang kumpul berbagai macam etnis suku dan budaya.
Berkaca pada hal tersebut, keberadaan edukasi dan informasi kepada warga Jakarta dan peran lembaga-lembaga yang peduli terhadap pluralitas perlu terus dikembangkan. Sebab plural bukan berarti harus ikut bergabung dalam peribadatan yang sama tapi dengan keyakinan berbeda yang kita miliki, tapi plural adalah kondisi kesiapan individu dan kelompok untuk menerima perbedaan dan hidup berdampingan dalam harmoni berbangsa dan bernegara.
Untuk itulah lembaga Forum Harmoni Anak Bangsa (FHAB) sebagai wadah berkumpulkan para tokoh dari 6 (enam) agama dan tokoh masyarakat Jakarta, yang lahir sejak tahun 2012 mencoba merangkul warga Jakarta untuk bersama-sama menjaga harmoni beragama dan bermasyarakat dalam bingkai kebangsaan Indonesia pada umumnya dan bingkai kesatuan warga Jakarta pada khususnya.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, Forum Harmoni Anak Bangsa (FHAB) melakukan konsolidasi internal dengan mengadakan pertemuan para pendiri dan tokoh sebagai langkah untuk menghidupkan kembali aktivitas edukasi dan komunikasi kepada masyarakat melalui peningkatan kinerja dan perbaikan sistem manajemen organisasi FHAB, yang dilaksakan beberapa waktu lalu bertempat di Vihara Hemadhiro Mettavati, Kapuk -- Jakarta Barat.
Beberapa catatan penting dalam pertemuan tersebut diantaranya, perlunya untuk terus dikembangkan media edukasi dan komunikasi melalui website; pengembangan kegiatan yang berkaitan dengan pluralitas; pengembangan ekonomi kemasyarakatan; perencanaan pelantikan pengurus baru dan rencana silaturahmi ke unsur serta Ormas-ormas lain yang ada di Jakarta.
Selain itu, juga juga dilakukan sosialisasi dalam upaya pengembangan keorganisasian melalui rekruitmen anggota baru. Dalam rekruitmen tidak dibatasi usia agama maupun profesi. Namun yang diutamakan adalah orang-orang atau pribadi yang memiliki kepedulian terhadap sesama dan memiliki jiwa untuk membangun pluralisme sebagai anak bangsa dengan tetap memagang teguh aqidah masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H