Merentang hari datang pergi Indonesiaku, angin membisikkan bingkai kabut
senandungkan tembang resah gelisah sampai relung hati, gaungnya
seperti gelombang kurusetra, gending-gending, tetabuhan bertalu
mengiringi ksatria amarta merebut tanah pusaka.
sebagai ksatria pinilih, hasrat merengkuh tahta sejati membekas obsesi
jiwa raga tak lagi dipertimbangkan, bila mengingat hasrat bakti bagimu pertiwi
kaca negara melesat buru sergap, tetapi sebagaimana titah mayapada tak kuasa
melawan pepestining dumadi, telah dimeteraikan gusti allah, sekalipun
semua aji mandraguna diterapkan, jiwa raga tetap melayang jauh
bersatu dalam kedamaian abadi.
Merentang hari datang pergi Indonesiaku, seberkas cahaya hendak menerangi kegelapan.