Halo para pembaca!
Doktrin militer adalah suatu pandangan atau prinsip yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang dalam bidang militer.
Doktrin ini berguna untuk memberikan petunjuk tentang cara terbaik untuk mencapai kemenangan dalam perang.
Doktrin militer meliputi berbagai aspek, seperti strategi, taktik, struktur organisasi, dan penggunaan sumber daya. Doktrin militer juga menentukan bagaimana negara menanggapi ancaman dan menjalankan operasi militer, serta cara berkomunikasi dan bekerja sama dengan negara lain.
Doktrin militer yang efektif adalah yang mampu memberikan solusi yang tepat dalam situasi yang berubah dan dapat diimplementasikan dengan efisien oleh kekuatan militer negara tersebut.
Namun, doktrin militer yang tidak efektif bisa menyebabkan negara tersebut gagal menanggapi tantangan yang dihadapi dan mengalami kekalahan dalam perang.
Salah satu contoh gagalnya doktrin militer adalah Operasi Pendataran di Vietnam: Pada tahun 1965, Amerika Serikat melakukan intervensi militer di Vietnam dengan tujuan menghentikan penyebaran komunisme di Asia Tenggara. Namun, setelah lebih dari 10 tahun perang, Amerika Serikat gagal dalam mencapai tujuan tersebut dan akhirnya menarik seluruh pasukannya dari Vietnam pada tahun 1973.
Operasi ini merupakan salah satu contoh gagalnya doktrin militer karena Amerika Serikat tidak mampu mengalahkan pasukan Viet Cong dan mencapai kemenangan militer yang durabel.
Selanjutnya Operasi Kudeta di Mali: Pada tahun 2012, sekelompok tentara Mali melakukan kudeta terhadap pemerintahan sah di negara tersebut dengan tujuan mengalihkan kekuasaan ke tangan mereka sendiri. Namun, setelah lebih dari satu tahun, negara tersebut masih dalam kekacauan politik dan terus terjadi pertempuran antara pasukan pemerintah dan tentara pemberontak.
Ini menunjukkan bahwa doktrin militer yang digunakan dalam kudeta tersebut tidak cukup efektif dalam mencapai tujuan akhir yang diinginkan.
Masih banyak contoh yang dapat diangkat. Tetapi mari kita telisik beberapa kekurangan yang perlu dipertimbangkan dalam doktrin militer untuk menjadi bahan evaluasi dalam memperbarui doktrin sesuai dengan perubahan situasi. Berikut beberapa kumpulan kajian strategis yang perlu diperhatikan dalam pengembangan doktrin militer dalam kondisi perang-perang masa depan.
Pertama, doktrin seringkali tidak fleksibel. Doktrin dibuat dengan asumsi bahwa situasi perang akan selalu sama, namun situasi perang sering berubah secara cepat dan tidak dapat diprediksi dengan tepat. Ini menyebabkan doktrin sulit diikuti jika situasi perang berubah, sehingga mengurangi keefektifan doktrin dalam mencapai kemenangan (Smith, 2005).
Kedua, terkadang terlalu terfokus pada kemenangan militer, dan tidak mempertimbangkan implikasi sosial dan politik dari perang. Ini dapat menyebabkan doktrin dianggap tidak etis atau tidak dapat diterima oleh masyarakat (Pfaltzgraff, 2004).
Ketiga, masih berorientasi pada masa lalu. Doktrin sering dibuat berdasarkan pengalaman perang di masa lalu, yang tidak selalu relevan dengan situasi perang saat ini. Ini dapat menyebabkan doktrin tidak efektif dalam menangani perubahan teknologi atau taktik yang terjadi dari waktu ke waktu (van Creveld, 1999).
Keempat, doktrin terlalu bergantung pada teori dan tidak cukup berdasarkan pada data empiris. Ini dapat menyebabkan doktrin tidak memiliki dasar yang kuat dan tidak dapat diandalkan dalam situasi perang yang sebenarnya (Luttwak, 2002).
Kelima, doktrin kadang kala hanya bergantung pada satu individu atau kelompok individu tertentu yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang doktrin tersebut. Ini dapat menyebabkan doktrin tidak dapat dipertahankan dengan baik setelah individu atau kelompok individu tersebut tidak lagi terlibat dalam proses pengambilan keputusan (Kilcullen, 2006).
Keenam, dalam implementasinya pertimbangan terhadap konteks sosial dan politik kadang terabaikan saat kondisi perang terjadi. Ini dapat menyebabkan doktrin tidak efektif dalam menangani perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan politik (Boyd, 1987).
Ketujuh, doktrin militer yang terlalu bergantung pada asumsi tentang kemampuan lawan dapat menjadi tidak efektif jika asumsi tersebut ternyata salah. Ini dapat menyebabkan negara tidak siap menghadapi lawan yang lebih kuat atau lebih lincah daripada yang diasumsikan, atau sebaliknya, terlalu siap menghadapi lawan yang lemah dan tidak mampu memberikan tantangan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa doktrin militer tidak terlalu bergantung pada asumsi tentang kemampuan lawan, tetapi juga memperhitungkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan lawan seperti kekuatan militer, teknologi, dan kondisi politik dan ekonomi (Luttwak, 2002).
Kedelapan, doktrin militer hanya mengalkan pada satu taktik atau strategi tertentu dapat menjadi tidak efektif jika lawan menggunakan taktik atau strategi yang berbeda. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa doktrin militer memiliki fleksibilitas untuk menyesuaikan diri dengan perubahan situasi dan tidak terlalu bergantung pada satu taktik atau strategi tertentu (Kilcullen, 2006).
Walaupun doktrin militer perlu selalu untuk diperbarui sesuai dengan perubahan situasi politik dan militer di dunia, ada beberapa bukti doktrin militer yang berhasil dan efisien oleh kekuatan militer negara tersebut. Berikut beberapa studi kasus keberhasilan doktrin militer di dunia, diantaranya:
Operasi Penaklukan Kekaisaran Napoleon pada 1815 - Keberhasilan doktrin militer dalam mengalahkan Napoleon dan mengembalikan stabilitas ke Eropa.
Operasi Penaklukan Kekaisaran Zulu pada 1879 - Keberhasilan doktrin militer dalam taktik untuk mengalahkan kekaisaran Zulu dan mengembangkan wilayah Inggris di Afrika Selatan.
Operasi Penaklukan Kekaisaran Qing oleh tentara Jepang pada tahun 1895 - Keberhasilan dari doktrin militer untuk mengalahkan kekaisaran Qing dan mengambil alih kekuasaan di Cina.
Operasi Penumpasan PKI (Partai Komunis Indonesia) pada 1965 - Keberhasilan doktrin militer dalam menangani potensi komunis di Indonesia.
Operasi Restore Hope pada 1992-1993 - Kefektifan doktrin militer dalam menangani konflik bersenjata dan memberikan bantuan kemanusiaan di Somalia.
Operasi Desert Storm pada 1991 - Peran dari keberhasilan doktrin militer dalam menangani ancaman terhadap Kuwait yang diserang oleh Irak.
Operasi Cyclone Nargis pada 2008 - Contoh dari keberhasilan doktrin militer dalam memberikan bantuan kemanusiaan dan menangani bencana alam di Myanmar.
Operasi Neptune Spear pada 2011 - Keberhasilan doktrin militer dalam taktis operasi dalam menangani ancaman terorisme dan menangkap pemimpin teroris Osama bin Laden.
Operasi Gerak Saka pada 2018 - Bukti dari keberhasilan doktrin militer dalam menangani aksi terorisme di Poso, Sulawesi Tengah.