Olahraga lari belakangan ini semakin ngetren. Sudahlah lari tinggal lari tanpa perlu bayar sama sekali, banyak rute pula yang bisa dijadikan lintasan. Ngga ada alasan untuk bilang olahraga ini sulit dilakukan.
Kehadiran sejumlah influencer yang terlibat dan benar-benar berhasil menginfluence khalayak lewat konten-konten ciamik mereka semakin membuat olahraga ini tampak menarik untuk diikuti. Sebut saja Fadil Jaidi, Febby Rastanty, Enzy Storia yang tiba-tiba udah ikut Marathon aja setibanya di New York, Nirina Zubir dan sang suami, Ibnu Jamil, Nagita Slavina, sampai Najwa Shihab pun turut meramaikan konten dengan perjalanan mereka mengalahkan kilometer-kilometer jalanan.
Setelah sepanjang 2 tahun lalu rasanya lelah sekali bolak balik mendengar istilah kaum rebahan diikuti pula dengan konten-konten yang memang beneran rebahan, aku pribadi menyambut sangat baik tren konten lari yang lalu lalang di berbagai media sosial ini.
Bisa dibilang, konten-konten itu pulalah yang - kalau meminjam istilah anak sekarang - "ngeracunin" aku untuk ikut-ikutan lari.
Ya, awalnya ikut-ikutan, sekarang lari beneran meskipun masih sambil ngap-ngapan. Ngga apa-apa, kan masih belajar. Yang penting sudah mau mulai. Bukan begitu?
Sempat kebingungan soal pakaian
Aku masih ingat betul, pertama kali mencoba olahraga lari September tahun lalu. Sempat sedikit kebingungan urusan pakaian.
Ya wajar sih, soalnya orang-orang yang pada lari kelihatannya berkeringat dengan stylish gitu. Ngga bisa sama, setidaknya bisa menyeimbangi lah. Biar ngga aneh-aneh amat kelihatannya.
Mungkin saat ini, ada di antara kamu yang mau mulai olahraga yang sama, tapi menghadapi kebingungan yang serupa pula?
Pakai baju apa ya? Celana yang gimana? Sepatunya apa dong? Kaos kakinya yang gimana sih? Perlu pake topi ngga ya? Saking banyaknya pertanyaan dalam benak, ujung-ujungnya olahraganya ngga mulai-mulai.