Lihat ke Halaman Asli

Efa Butar butar

TERVERIFIKASI

Content Writer

Presidensi G20 2022 dan Pertumbuhan Ekonomi Inklusif Bagi Indonesia

Diperbarui: 1 Agustus 2022   00:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Kompas MOney

Presidensi G20 2022 dan target pertumbuhan ekonomi inklusif

Presidensi G20 adalah forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU). G20 merepresentasikan lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia.

Anggotanya sendiri terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki dan Uni Eropa.

G20 dibentuk pada tahun 1999 atas inisiasi anggota G7, G20 merangkul negara maju dan berkembang untuk bersama-sama mengatasi krisis utamanya yang melanda Asia, Rusia dan Amerika Latin. Tujuan G20 sendiri adalah mewujudkan pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.

Berbeda dari kebanyakan forum multilateral, G20 tidak memiliki sekretariat tetap. Fungsi presidensi dipegang oleh salah satu negara anggota yang berganti setiap tahunnya. Dan tahun ini, Indonesia dipercaya memegang tampuk kepemimpinan Presidensi G20 2022.

Bila dimanfaatkan secara maksimal dan melibatkan multipihak, Presidensi G20 Indonesia dapat menjadi momentum dalam meningkatkan kontribusi untuk mendukung pemulihan ekonomi domestik hingga pemulihan ekonomi global.

Mengenal ekonomi inklusif

Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan dilansir dari sumber yang sama, yakni inklusif.bappenas.go.id, pembangunan ekonomi inklusif merupakan pembangunan ekonomi yang menciptakan akses dan kesempatan yang luas bagi seluruh lapisan masyarakat secara berkeadilan, meningkatkan kesejahteraan serta mengurangi kesenjangan antar kelompok dan wilayah.

Tujuan utama pembangunan ekonomi inklusif adalah mengurangi jumlah penduduk miskin melalui kesempatan kerja, akses terhadap kesempatan ekonomi dan jaring pengaman sosial. Menurut BPS, pertumbuhan ekonomi berkolerasi positif dengan pengurangan tingkat kemiskinan di Indonesia.

Indeks pembangunan ekonomi inklusifnya sendiri memuat tiga pilar utama yakni:

  • Pertumbuhan ekonomi tinggi
  • Pemerataan pendapatan dan pengurangan kemiskinan, serta
  • Perluasan akses dan kesempatan
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline