Lihat ke Halaman Asli

Efa Butar butar

TERVERIFIKASI

Content Writer

Mengangkat "Si Anak Cantik" yang Tersembunyi, ke Mata Dunia

Diperbarui: 23 Februari 2022   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pantai Paal Likupang | Foto: GenPi.id

"Si Anak Cantik yang tersembunyi"

Seseorang pernah berkata begini "Bagi saya, ke Sulawesi Utara bukan pertama kalinya, namun saya selalu percaya, pengalamannya tak pernah sama"

Bicara tentang Sulawesi Utara (North Sulawesi) kita sering disuguhkan betapa indahnya Manado, Tomohon, Sangihe, hingga Talaud. Nama destinasi wisata di tempat-tempat ini juga telah hingar bingar hingga mancanegara saking cantiknya. Bunaken misalnya. Tak heran salah satu novelis mengangkat daerah-daerah ini menjadi latar tempat dalam cerita novelnya.

Mari bergeser sejenak ke sisi Utara Minahasa, tepatnya di Kecamatan Likupang. Ketika nama "Saudara-saudaranya" terbang tinggi ke berbagai negara, Likupang masih diam dengan anggunnya. Bukan karena kalah cantik, hanya saja, bila bisa dianalogikan, Likupang mirip anak bungsu yang kecantikannya persis ada di depan mata namun masih tersembunyi dengan rapi. Andai saja dunia tahu, bahwa Likupang adalah tempat pilihan bidadari surga untuk menikmati keindahan dunia.

Tempat pilihan bidadari surga 

Syahdan diceritakan, suatu masa ada sembilan bidadari yang diizinkan turun dari surga ke bumi. Mereka memilih turun di sebuah telaga di Minahasa Utara -- North Sulawesi. Telaga tersebut merupakan milik seorang petani muda yang bernama Mamanua.

Kesembilan bidadari itu kemudian mandi di telaga milik Mamanua. Dikisahkan, sang pemuda akhirnya berhasil menahan satu dari sembilan bidadari tersebut dan menjadi istrinya. Bidadari itu diberi nama Lamalundung.

Tak lama, Mamanua dan Lamalundung memiliki seorang anak yang bernama Walangsendau. Sayangnya, Mamanua melakukan kesalahan kecil yang mengakibatkan sang istri harus kembali ke khayangan.

Sebelum kembali, Lamalundung berpesan, "Saat anakku menangis mencariku, ajaklah dia berjalan melintasi hutan, sungai dan gunung, dengan mengikuti arah matahari".

Satu masa, Walangsendau menangis mencari ibunya, sebagaimana dipesankan, Mamanua membawa anaknya berjalan menyusuri hutan, gunung dan sungai, namun perjalanan panjang nan jauh itu berujung pada bibir pantai biru berpasir putih yang terhampar di depannya. Jernihnya air laut membuat biota di dalamnya terlihat sangat jelas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline