Lihat ke Halaman Asli

Efa Butar butar

TERVERIFIKASI

Content Writer

Ketika Sepupu Kecil Lebih Memilih Menonton Laga Piala Dunia daripada Membeli Sepatu Sekolah

Diperbarui: 16 Juli 2018   00:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Malam ini, kompleks perumahan yang biasanya ramai didatangi oleh anak-anak muda dan beberapa orang tua yang nongkrong di perempatan jalan tepat di dekat warung bakso, kini tampak sepi, minim suara. Benar-benar tidak seperti biasanya.

Pemandangan yang seharusnya tak perlu dipertanyakan mengingat hari ini adalah laga final piala dunia 2018 antara Prancis dengan Kroasia. 

Moment yang hanya datang satu kali dalam empat tahun ini menjadi ajang yang paling dinanti-nanti oleh seluruh pecinta sepak bola di dunia. Bahkan teman-teman saya menjadi terkesan sombong akibat tayang sepak bola ini. Tentu saja tetap mengusung kebiasaan jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda.

Tak hanya orang tua, bahkan anak-anakpun tak luput dari pesona keseruan permainan sepak bola dari laga piala dunia 2018 kali ini.

Berkunjung ke Palembang libur lebaran yang lalu menjadi ajang silaturahmi bagi saya dan keluarga dari Mamak. Kami memanggilnya Nantulang. Beliau memiliki enam orang anak, dengan dua anak terakhir masih duduk di bangku SD.

Ini kali pertama kali kami bertemu sejak si bungsu lahir, dengan jarak umur yang cukup jauh ini, tak heran sepupu kecil saya tak menjadi anak manis yang memilih lebih banyak diam dari berkata-kata. Bahkan terkadang dia tak memberi jawaban atas beberapa pertanyaan yang saya lontarkan padanya.

Tak ingin menyianyiakan waktu liburan saya di Palembang, saya memilih mengajak dua sepupu terkecil untuk berjalan-jalan mengitari tempat-tempat menarik di Palembang. 

Untuk mendapatkan persetujuan dari mereka pun bukanlah hal yang mudah mengingat bicara sepertinya adalah hal yang paling mahal bagi mereka berdua.

Mau tak mau, saya meminta Nantulang untuk membujuk keduanya agar bersedia saya ajak keluar dengan iming-iming dibelikan sepatu sekolah. Cukup ampuh, walau mereka masih sama. Mengiyakan tanpa suara.

Hari yang dijanjikan pun tiba. Keduanya telah datang ke rumah ketika saya sendiri masih sibuk beres-beres. Duduk manis, tanpa memanggil siapapun.

Saya pikir, diamnya mereka menjadi salah satu yang menguntungkan saya, bagaimanapun, pekerjaan saya bisa saya selesaikan terlebih dahulu tanpa merasa terburu-buru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline