Lihat ke Halaman Asli

Efa Butar butar

TERVERIFIKASI

Content Writer

"Hereditary" Horor Cantik yang Jatuh di Scene Terakhir

Diperbarui: 15 Juli 2018   15:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: lokal12.com

Konon katanya, film produksi A24 adalah film-film yang mampu membius penonton hingga tak berkutik barang sedikit pun dari kursi penonton. Moonlight, It Comes At Night, A Ghost Story, Lady Bird lalu muncullah Hereditary. Sebuah film drama, misteri sekaligus horor yang saat ini masih tayang dan diburu oleh seluruh penikmat film.

Diantara sederet judul di atas, sebetulnya hanya Hereditary inilah yang telah saya tonton. Dan ungkapan konon tersebut sepertinya betul adanya. 2 jam, penonton dibuat tak berkutik di hadapan Hereditary.

Jalan Cerita yang Tak Terbaca

Masing-masing pemeran memiliki komposisi yang seimbang atas berjalannya cerita. Alex Wolff yang memerankan Peter Graham, Toni Colette sebagai Anni Graham, Ann Dowd sebagai Joan, serta Gabriel Byrne sebagai Steve Graham.

Dalam trailernya, Milly Shapiro yang berperan menjadi Charlie Graham, adalah salah satu tokoh yang mendominasi dalam film tersebut.  Tak lama. Hanya muncul di scene awal hingga mendekati pertengahan. Namun kehadiran remaja 15 tahun ini memiliki pengaruh yang kuat hingga film usai. Apresiasi tinggi untuk pemeran termuda dalam film ini. Bahkan dalam diamnya pun, film berhasil terasa horor.

Saat menikmati film, pada umumnya, setiap kisah yang tersaji memancing penonton untuk menebak kemungkinan kisah berikutnya yang akan terjadi. Begitupun halnya yang terjadi saat menonton Hereditary. Salah satu klimaks film yang memunculkan Charlie dan Peter berada di dalam kendaraan hanya berdua adalah salah satu adegan yang berhasil mengejutkan penonton. Membelok imajinasi kisah selanjutnya yang diukir sendiri tanpa bisa ditebak. Tak ada yang berkutik!

Hereditary, Cuplikan Jailangkung 1 dan Horor Era Jaman Dulu Indonesia

Baiklahkita lupakan sejenak tentang kisah Jailangkung 2 yang begitu mengecewakan. Beralibi Insidious rasa Jawa bukanlah pembenaran yang tepat tentang kemiripan yang membuat penonton merasa tertipu dan menyesal menonton film tersebut. Ini sekaligus mencoreng kisah mistis tradisional yang telah susah payah dihadirkan dalam film tersebut.

Kabar baiknya adalah, sengaja atau tidak, Jailangkung 1 telah menjadi bagian yang dapat dinikmati dalam film Hereditary dalam konsep yang berbeda. Jika dalam film Jailangkung 1, media yang digunakan adalah gayung dari batok kelapa, maka dalam film Hereditary, mereka memunculkan cara yang berbeda pun denga mantra yang berbeda.

Tak bisa dipungkiri, setiap negara memiliki caranya masing-masing dalam memanggil arwah orang yang mereka sayang untuk sekedar "sedikit berkomunikasi". Jikapun keduanya memang tak dapat dikaitkan maka anggap saja ini adalah alasan yang saya buat-buat untuk membenarkan Jailangkung 2 yang telah menghadirkan Insidious di dalamnya.

Hal lain yang menarik adalah scene terakhir dalam film Hereditary. Sekitar kurang lebih 30 menit sebelum film usai, ada satu adegan yang persis seperti film Indonesia era 80-90an. Hantu jeruk purut, atau Ewaipanoma dari Inggris. Hantu terbang tanpa kepala. Ealahhhh, tak heran beberapa penonton mengeluarkan celutukan. Beberapa malah tertawa. Scene terakhir apalagi, makin konyol! Apa itu? Nonton sendiri yaaa. Masih tayang kok. Hehehe. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline