Lihat ke Halaman Asli

Efa Butar butar

TERVERIFIKASI

Content Writer

Abang Ojol dan Drama yang Kerap Terjadi pada Penumpang

Diperbarui: 5 Mei 2018   03:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Abang Ojol dan Penumpang | Foto: ediutomoputra.com

Padatnya jalanan di Jabodetabek ini tidak bisa dipungkiri memang bikin keder. Skill mengendara yang sudah terpendam bertahun-tahun, runtuh seketika melihat bagaimana cara pengendara, terutama roda dua, menghantam jalanan. Engga lampu merah, engga zebra cross, trotoar pun disikat. Ada celah sedikit? Libas! Untuk seorang perempuan pendatang di Jakarta ini, saya pikir mengendarai motor sendiri bukan hal yang tepat untuk dilakukan.

Bahagia sekali begitu tahu ada ojek online. Kemana mana, mudah. Kemana mana engga perlu khawatir, kapanpun berangkat dan pulang, bisa.

Dapat dikatakan, kehadiran ojek online ditengah kepadatan Jakarta seperti setitik air bagi mereka yang tiap kali bepergian hanya mengandalkan transportasi umum tapi tempat yang dituju tidak benar-benar dapat ditempuh dengan transportasi umum tersebut. Paling tidak, ada tambahan naik kendaraan lain lagi untuk bisa tiba di lokasi tersebut. Dan inilah dia. Fungsi utama ojek online.  

Sayang, di balik kebaikan yang muncul dari lahirnya abang ojol, ada banyak drama yang kerap terjadi antara pengemudi dan penumpang. Dan berikut adalah beberapa drama yang kerap saya rasakan dari beberapa ojol selama menggunakan jasa ojek online,

1. Ogah Angkut, Ogah Cancel

Dari beberapa abang ojol yang saya ajak bicara saat di perjalanan, saya mengetahui bahwa orderan yang masuk pada mereka bukan atas pilihan mereka, namun diberikan langsung oleh server. Kecuali jika abang ojol tersebut mendapatkan penumpang lewat aplikasi "Now" di mana penumpang meminta di tempat secara tatap muka kepada sang pengemudi untuk menjadi driver perjalannya.

Ada kalanya orderan yang masuk ke mereka dianggap terlalu jauh dari posisi, meskipun jika dilihat dari maps yang tertera pada aplikasi penumpang, estimasi perjalanan hanya membutuhkan waktu 6 menit saja.

Mereka tidak akan mau angkut jarak yang menurut mereka "jauh" itu (Huuu, gimana kalau ngerasain LDR antar benua lu pada?). Biasanya kalau sudah begini, saya sebagai penumpang dan mereka sebagai ojol ngotot-ngototan engga mau cancel. Hhahaha.

Ya 2 2 nya memiliki konsekuensi sendiri jika cancel orderan.

Saya tidak tahu jika cancel 3x maka di hari yang sama, tidak bisa order lagi. Dan seminggu ke depan, saat melakukan pemesanan perjalanan, pesanan kita akan diterima sangat lama oleh server karena dianggap "penumpang halu" yang sering cancel-cancel perjalanan. Pernah suatu pagi, dengan alasan yang sama dari pengemudi, saya 3x cancel perjalanan karena saat itu belum tahu konsekuensinya. Dan akhirnya seharian tidak bisa pesen ojolnya sementara perjalanan rumah-kantor, kantor-rumah, butuh 4 kali menggunakan aplikasi tersebut karena posisi rumah dan kantor yang sulit dijangkau langsung oleh kendaraan umum.

Sementara dari pengemudi, jika mereka cancel perjalanan, menurut mereka point yang mereka dapat seharian akan hangus (CMIIW).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline