Di Jepang, kasus kebakaran kebanyakan terjadi karena lupa mematikan kompor pada saat terjadi gempa bumi. Kasus yang berbeda terjadi di Indonesia, dari 1.139 kasus kebakaran yang terjadi di Jakarta, 73% atau sebanyak 836 kasus terjadi akibat arus listrik.
Data jumlah kasus kebakaran di atas merupakan informasi pembuka yang disampaikan oleh Franco Nasarino Nainggolan selaku Product Marketing Schneider Electric pada saat menjadi narasumber dalam acara Nangkring yang diselenggarakan oleh Kompasiana dan Schneider Electric.
Ada beberapa penyebab utama yang paling sering mengakibatkan terjadinya kebakaran akibat arus listrik. Pada rumah yang sedang dalam proses pembangunan, sering sekali dibuat kabel dengan penempatan yang amburadul, hal ini diperparah dengan dijadikannya kabel tersebut menjadi jemuran sehingga lebih memungkinkan terjadinya hubungan singkat arus listrik.
Bukan hanya pada rumah atau gedung yang sedang dalam tahap pembangunan, rumah yang sedang ditempati pun sebenarnya berpotensi terjadi sengatan listrik yang dapat memakan korban. Area-area yang rentan terjadi hubungan singkat arus listrik adalah seperti area lembab seperti kamar mandi, atau area-area yang memiliki intensitas tinggi terkena cipratan air. Salah satu kasus blogger yang meninggal akibat sengatan listrik di Bali menjadi bahan renungan bagi seluruh peserta untuk terhindar dari hal yang sama.
Ada beberapa tingkatan bahaya arus yang bocor terhadap manusia yang masih jarang diketahui, bahaya tersebut antara lain:
1 A < - Jantung berhenti
80 mA - Denyut jantung terganggu
30 mA -- 50 mA - Kontraksi pada jantung
10 mA - Gangguan sistem pernafasan
0,5 mA - Getaran kejut kesemutan
Untuk itu selalu disarankan untuk menggunakan sepatu safety setiap kali berhadapan dengan kabel atau arus listrik. Pastikan pula kondisi tangan harus kering sehingga keselamatan lebih terjamin.