Sekolah (Tidak) Membatasi
Pernah mendengar kegalauan orang-orang yang bekerja tidak sesuai dengan jurusannya? Atau mungkin kamu jadi salah satu di dalamnya? Bagaimana perasaanmu? Sedih? Galau? Malu? Atau ada perasaan lain yang mungkin tak bisa kau jelaskan, yang sebenarnya berujung pada sesuatu yang tidak kau sukai? Jika ya? Kau tidak sendiri.
Hal ini biasanya melanda mereka-mereka yang datang dari bangku kuliah. Mengambil sekelumit kalimat dari buku Merry Riana "A Gift From A Friend", menyatakan "Saya tidak dapat melakukan itu, saya adalah seorang sarjana" atau "Saya tidak dapat melakukan itu. Saya adalah seorang insinyur. Saya tidak mau melakukan sales." Namun di sisi lain, mereka setuju menyatakan bahwa seseorang pergi ke sekolah untuk bisa melakukan lebih banyak hal. Bukan kurang. Sangat berbanding terbalik.
Namun nyatanya, jurusan dari jenjang pendidikan yang diterimanya berhasil memberi batasan pekerjaan apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan. Mereka lulusan pertanian harus bekerja di bidang pertanian. Mereka lulusan guru harus menjadi guru. Dan sebagainya.
Apa yang terjadi?
Setelah berurai air mata berhadapan dengan skripsi yang menguras tenaga, otak, materi dan segala fokus yang kamu miliki, kamu berujung pada pertanyaan "Kok gue belum kerja ya?" Kepanikan melanda saat kamu tahu bahwa temanmu yang wisuda berbarengan denganmu telah bekerja, sesuai dengan jurusan. Telah mulai menikmati seperti apa itu yang namanya gaji. Sementara kamu masih berjibaku dengan pertanyaan tersebut?
Melihat itu, akhirnya kamu berpikiran Kerjaan apa aja ya, Allah. Aku jabanin. Yang penting aku kerja. Doamu terkabul. Tadaa. Kamu bekerja dan tidak sesuai dengan jurusan.
Awalnya rasanya sangat bahagia. Seolah olah berhasil mendapatkan pekerjaan adalah pembuktian diri bahwa gue yang lulusan sarjana ini udah kerja, lho, di gedung tinggi. Di perusahaan besar. Kamu terlena dengan ucapan selamat. Kamu terlena dengan Fiuh, akhirnya gue kerja.
Sebulan dua bulan, kamu mulai merasa bahwa pekerjaanmu tak sesuai dengan jurusanmu. Kamu mulai merasa sayang dengan ilmu yang tak kau gunakan. Kau mulai menimbang untuk resign dan coba cari-cari pekerjaan yang baru. Karena apa? Klasik! Kerjaan gue engga sesuai jurusan gue!
Perlukah sebenarnya untuk malu?
No! Kamu jauh lebih hebat dibanding mereka yang tidak bekerja sama sekali. Hanya menengadahkan tangan pada orang tuanya. Kamu sendiri setuju bahwa sekolah mengajarkan seseorang untuk bisa melakukan lebih banyak hal. Bukan kurang. Lalu mengapa sebenarnya malu? Gengsi!