Lihat ke Halaman Asli

Efa Butar butar

TERVERIFIKASI

Content Writer

Resign Sebelum Mendapatkan Pekerjaan Baru? Why Not?

Diperbarui: 22 April 2017   21:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: http://www.ronsho.com

Bagi seorang pekerja, mendapatkan pekerjaan baru sejajar dengan resign dari perusahaan yang lama. Selain hati tenang karena tidak akan menyandang status pengangguran, tentu saja pekerja juga memiliki kesibukan untuk menghabiskan hari-harinya. Dan poin yang paling penting adalah bahwa mereka tetap mendapatkan gaji untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Menurut Linkedn, ada 30 alasan yang menyebabkan seseorang resign. Gaji yang tidak sesuai, pekerjaan yang terlalu menyita waktu, lingkungan yang kurang menyenangkan, atasan yang diktator, instruksi atasan yang labil, kurangnya kesempatan untuk mengembangkan karir, dan lain-lain. Akhirnya keputusan untuk resignpun mantap untuk dilakukan.

Lalu bagaimana jika kondisi di perusahaan Anda bekerja sudah sangat tidak memberikan kenyamanan lagi sementara Anda belum mendapatkan pekerjaan pengganti? Apakah Anda harus tetap bertahan di sana? atau memutuskan untuk resign?

Bertahan
Beberapa waktu lalu, saya merasakan hal yang sama. Dalam kasus ini, alasan saya adalah gaji yang tidak memadai, pekerjaan yang sangat menyita waktu, serta tidak adanya kesempatan untuk mengembangkan karir. Satu hal lagi, saya handle beberapa jobdesk yang memang terkadang mengharuskan saya untuk melakukan beberapa jobdesk tersebut di saat yang bersamaan karena semuanya sama-sama pekerjaan yang prioritas.

Ini yang menyebabkan kadang satu tugas tak terselesaikan dengan baik. Walaupun demikian, saya tetap berupaya untuk menyelesaikan apa yang telah menjadi tanggung jawab saya. Dannn, tentu saja saya berharap ada partner saya untuk bisa menyelesaikan tugas ini secara bersamaan.

Awal bulan November saya diiming-iming untuk mendapatkan apa yang saya minta pada atasan. Tentunya saya fokuskan mengenai gaji, dengan harapan, gaji yang memadai bisa mengobati kerja keras saya di perusahaan. Sehingga saya tidak merasa waktu saya terlalu sayang untuk saya habiskan di perusahaan tersebut. Begitupun dengan partner yang saya harap bisa membantu saya menyelesaikan tugas tersebut.

Desember berlalu dan satupun dari iming-imingi tersebut tak ada yang terealisasi sementara tugas kian kemari, kian menumpuk. Saya tunggu hingga awal Februari 2017, belum ada juga. Beberapa kali saya tanya, jawabannya sama, belum ada acc dari Dirut.

Rencana resign yang telah saya pikirkan akan saya lakukan pada bulan November 2016 tidak saya realisasikan. Saya bertahan di perusahaan tersebut dengan iming-iming yang dijanjikan atasan pada saya.

Tepat di hari Valentine, 14 Februari 2017, saya memberikan surat cinta pada atasan saya.I quit!

 

Resign
Tidak mudah memang, ketika saya memutuskan untuk keluar tanpa memiliki pekerjaan terlebih dahulu. Saya pikir, menghabiskan dua tahun di perusahaan itu membuat saya harus menikmati sedikit liburan terlebih dahulu lalu kemudian mencari pekerjaan baru. Walaupun sebenarnya, setelah surat pengunduran diri saya serahkan, saya sudah mulai apply sana sini untuk persiapan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline