Lihat ke Halaman Asli

Efa Butar butar

TERVERIFIKASI

Content Writer

Kupinta Kau Pada Tuhanku, Silahkan Pinta Aku Pada Tuhanmu

Diperbarui: 23 Februari 2017   18:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto: http://www.hipwee.com/hiburan/kamu-yang-punya-pasangan-beda-agama-pasti-paham-hal-hal-ini/

Lelah untuk menjelaskan pada orang-orang yang tidak merasakan apa yang kita rasa. Stak pada ujung “Sudahi! Kau tau kalian berbeda dan itu tidak akan pernah menyatu.”

Bagaimana jika rasa yang tumbuh dalam hati kalian disematkan kata “Sudahi?” Apa kau pernah jatuh cinta? Apa kau sungguh pernah merasakan apa yang kini tengah kurasakan? Tengah dia rasakan? Tengah kami berdua rasakan? Jika pernah, bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu?

Debur yang berembus menerobos hati perlahan berbisik, haruskah dia menjadi episode yang harus kulalui dengan akhir yang tak bahagia, lagi? Haruskah aku kembali merelakan pilihan hatiku, ketika dulu aku telah merelakan cita-citaku pada pilihan mereka?

Tarikan nafasku sendiripun terasa begitu berat. Bukankah aku yang menjalani hidupku? Lalu kenapa harus mereka yang membuat keputusan atas apa yang kuinginkan dan aku harus menurutinya? Ini sungguh tidak adil!

“Bu, ijinkan aku menikah dengan dia yang kupilih…” Kataku malam itu, malam sebelum ibuku berangkat ke wisudaan adik bungsuku.

“Tentu saja, Sayang. Siapa lelaki itu? Mengapa kau tidak pernah mengenalkannya pada Ibu?”

“David, Bu.”

Seketika tangisnya pecah. Kuat sekali. Tega sekali aku menyakiti dia yang mengenalkanku pada dunia dan Tuhanku. Aku bahkan tidak pernah membayangkan air mata itu akan terjatuh begitu pilu karena diriku. Sejahat itukah aku? Sejahat itukah cinta yang hadir dalam hidupku? Teriris, perih, sangat menyakitkan.

“Maafkan aku, Bu. Tapi dia pilihanku.” Aku mencoba menyampaikan apa yang menjadi keinginanku. Sekali saja.

“Kenapa harus dia? Kamu tahu dia bukanlah pria Batak yang sama dengan kita. Ibu tidak akan pernah membiarkanmu hidup bersama dengan orang yang tidak bertanggung jawab!”

Apa-apaan ini, Ibu? Ibu bahkan belum bertemu dengannya. Ibu bahkan belum pernah melihatnya, bahkan belum tau betapa aku terpesona dengan kebaikan hatinya. Kebaikan hati yang telah mencuri hati putrimu, Bu. Hati putrimu!”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline