Lihat ke Halaman Asli

Efa Butar butar

TERVERIFIKASI

Content Writer

Ragam Kisah Manis bersama 8 Tahun Kompasiana

Diperbarui: 26 Oktober 2016   13:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto: Kompasiana

24 tahun sudah, aku kembali menoleh ke belakang. Tentang banyak hal yang telah kulewati. Bukan aku tidak bersyukur tentang berkat yang telah kuterima dari Tuhanku, hanya saja aku merasa hidupku begitu-begitu saja.

Berbicara tentang prestasi? Aku tidak ada apa-apanya. Aku bahkan belum menunjukkan apapun pada kedua orangtuaku yang mungkin saja bisa membuat keduanya bangga. 48 jam seminggu berkerja dan aku masih belum berkontribusi apapun terhadap keceriaan dan terwujudnya setiap hal yang orang tuaku inginkan.

3 tahun silam, berkat seorang blogger yang kala itu membagikan sebuah artikel di Facebooknya, aku berkenalan dengan sebuah wadah dimana aku bisa menjadi apapun yang kuingini. Pembaca ketika aku ingin menjadi pembaca, penulis ketika aku ingin menulis, bahkan menjadi komentator ketika aku tidak terima dengan pernyataan pada beberapa tulisan.

Keberadaanmu setidaknya menghibur hatiku dan sedikit menghapus rasa bersalah akan belum adanya prestasi yang kutorehkan hingga saat ini walaupun sebenarnya di sinipun aku tidaklah begitu bagus.

Disini, di dalamnya ada banyak sekali tulisan mulai dari yang sangat bermanfaat hingga hanya keisengan semata, dari politik hingga tulisan berlarik. Merangkul semua kalangan, dari yang muda hingga yang tua, dari anak sekolah hingga ibu rumah tangga tanpa memandang kelas tulisan.

Tiga tahun bergabung bukan berarti aku setara dengan para suhu yang luar biasa dalam tulisan. Menuliskan sebuah artikel dengan analisa yang akurat, referensi terpercaya hingga terjun langsung ke lapangan demi sebuah artikel. Tidak tanggung-tanggung. Keseluruhanya dilakukan dengan taruhan kebenaran dan kepuasan pembaca akan artikel tersebut.

Adanya wadah ini kuakui menjadi salah satu metode jitu bagi diriku sendiri untuk mengobati kerinduan hati akan impian-impianku. Aku mulai menulis, mengisahkan apapun yang ada dalam benakku, memotivasi diriku sendiri melalui tulisan-tulisanku, meyakinkan diri untuk satu keputusan yang ingin sekali kuambil namun hatiku menolak untuk mempercayai diriku untuk melakukannya. Untung-untung, apa yang kutuliskan bermanfaat bagi mereka yang kebetulan membukanya lalu masuk ke dalam setiap kalimatnya.

Jika dibandingkan dengan mereka, tulisanku tidak ada apa-apanya. Sangat jauh dari apa yang kuharapkan, jauh dari apa yang ingin sekali dibaca setiap orang, jauh untuk menggelitik orang-orang untuk membukanya lalu menikmatinya.

Jangankan dulu, untuk sekarang saja, terkadang aku merasa sangat kecil setiap kali memposting tulisan di wadah ini.
Tapi apakah aku harus berhenti berekspresi lalu mencari wadah lain dimana aku bisa bersembunyi, cari aman, dan tidak akan ada yang berontak dengan tulisanku? Lalu, bukankah aku jauh lebih pengecut lagi jika demikian?

Aku belajar mengalahkan diriku, belajar untuk bertepuk tangan atas prestasi orang lain dan berhenti terus-terusan membandingkan diri dengan mereka. Aku terus menulis, mencoba seperti mereka. Menumpahkan satu topik pembicaraan yang sebelumnya telah disusun dalam benak berikut dengan analisa dan keakuratan isinya.

Aku suka memanfaatkan wadah ini untuk mengungkapkan isi hatiku saat senang, saat marah, saat galau dan saat-saat dimana kondisi tersebut mengundangku untuk menulis. Aku tidak tahu apakah tulisanku dibaca atau tidak, setidaknya apa yang terbersit dalam benakku bisa kuluapkan dan setidaknya itu membuatku sedikit lebih tenang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline