Lihat ke Halaman Asli

Efa Butar butar

TERVERIFIKASI

Content Writer

Ubah Pola Pikir, Ayo Bersama Wujudkan Harapan Jadi Kenyataan!

Diperbarui: 11 Agustus 2016   09:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: http://uminuruljanah03.blogspot.co.id

Sejalan dengan Hari keluarga nasional ke XXIII, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) semakin gencar mengumandangkan ajakan bagi masyarakat untuk ikut andil dalam menciptakan keluarga yang ideal melalui berbagai acara, workshop, bahkan nangkring bersama Kompasiana di berbagai tempat dengan beragam tema yang membahas mengenai keluarga.

Bagai gayung bersambut, animo masyarakat dalam menerima acara-acara yang diadakan BKKBN rupanya cukup tinggi. Salah satu bukti nyata adalah tingginya minat masyarakat dalam hal ini disebut Kompasianer untuk menghadiri acara nangkring yang diadakan BKKBN serta banyaknya jumlah artikel yang masuk mengikuti blog competition yang juga diadakan oleh BKKBN dengan opini dan sudut pandang masing-masing individu.

Salah satu topik menarik yang diangkat BKKBN melalui Blog Competition bekerja sama dengan Kompasiana adalah mengenai prediksi 70% bonus demografi usia produktif yang akan diperoleh Indonesia dalam rentang waktu tahun 2020-2030 mendatang.

Persentasi yang cukup tinggi sebagai “bonus” yang akan diterima Indonesia. Sayangnya, manfaat nyata dari nilai bonus yang tinggi ini masih dipertanyakan, apakah akan memberikan andil yang tinggi juga terhadap perekonomian Indonesia atau malah sebaliknya?

Tingginya jumlah penduduk dengan usia produktif seharusnya akan memberikan kontribusi dalam menaikkan pertumbuhan nilai ekonomi di Indonesia, namun untuk mewujudkan harapan ini tentu saja dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak.

Bapak Ir. Soekarno mengatakan bahwa “Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter…kalau tidak dilakukan bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli!”

Pembangunan karakter pertama sekali diperoleh dari organisasi terkecil yang lebih dahulu menerima keberadaan anak, yaitu keluarga. Keluarga mengambil peranan paling banyak untuk membentuk karakter anak karena menjadi layar berjalan yang pertama sekali dilihat anak dalam pertumbuhannya sejak bayi.

Kemudian diikuti sekolah yang memberikan pemahaman mengenai moral dan etika yang harus diterapkan oleh anak. Seiring dengan pertumbuhannya, diperlukan organisasi yang dapat mengarahkan dan memberikan informasi detail tentang bahaya zat adiktif. Ini bisa saja melalui workshop yang dilakukan pihak BNN bekerjasama dengan sekolah-sekolah, bisa juga dengan membiarkan anak tergabung dalam organisasi yang dibentuk sekolah untuk meminimalisir kenakalan yang bisa saja terjadi dari faktor lingkungan.

Selepas dari semua kesibukan yang diterima anak, rumah akan selalu menjadi tempat untuk berbagi cerita. Selain mengingatkan untuk terus mendekatkan diri pada Tuhan, orangtua bertanggung jawab untuk terus memantau dan mengarahkan bagaimana anak bertindak harusnya. Baik ketika mendapatkan masalah, ataupun dalam memutuskan suatu keputusan.

Anak yang terus mendapatkan perhatian dan kasih sayang orangtua akan bertindak lebih terkontrol dibanding yang tidak mendapatkannya. Orangtua bisa saja memberikan masukan ketika anak mendapatkan masalah, tapi selebihnya biarkan anak untuk berpikir apa solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Perlakuan yang seperti ini, selain membuat anak merasa dihargai juga akan melatih anak untuk mandiri, dan bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri. Perhatian dari orangtua juga berpengaruh besar untuk memberikan kepercayaan diri padanya dalam menyelesaikan masalah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline