Lihat ke Halaman Asli

Efa Butar butar

TERVERIFIKASI

Content Writer

Aradhea, Karena Tulang Rusuk Tak Akan Pernah Tertukar

Diperbarui: 1 Agustus 2016   08:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto: https://www.getscoop.com

Dalam kesia-siaan yang dirasakannya, Lina yang adalah seorang mahasiswi ceria memilih jalan pintas dianggap pantas sebagai bukti bahwa cinta bisa menghancurkan hati yang bahkan sudah berkarat.

Sebuah janji telah terucap beberapa waktu silam ketika Lina dan Wahyu masih kecil. Kecintaan Mbah Waskita akannya dan hutang budi yang diterima orang tuanya adalah dua alasan yang menjadi dasar terucapnya janji tersebut. Janji perjodohan yang tak bisa ditolak Lina.

Menahan diri dari gejolak masa muda, menuruti keinginan orang tua tentang perjodohannya, Lina tidak pernah membangkang sedikitpun dari perintah itu. Hingga akhirnya dia dipertemukan dengan keduanya. Pria yang dijodohkan padanya, Wahyu, dan seorang pria yang memang adalah pilihan hatinya, Aradhea.

Jauh dari harapannya, Wahyu bukan sosok lelaki yang bisa membimbingnya dalam bingkai rumah tangga yang harmonis, Lina yakin akan hal itu. Beberapa kali kemunafikannya dipampangkan di hadapan Lina. Berpura –pura baik di hadapan orang tuanya namun bertolak belakang ketika hanya berduaan dengan Lina.

Berbeda hal nya dengan Aradhea. Sosok sederhana, bijaksana, yang sering sekali membuat Lina penasaran, yang berhasil menenangkan tiap gundah yang tengah menyapanya, yang menjawab setiap pertanyaan dalam benak Lina, lelaki yang telah mencuri perhatian Lina dan membuatnya yakin bahwa Wahyu bukanlah pilihan hatinya.

Hati dan ingin orang tua tentu saja bertentangan. Dua pilihan yang sulit untuk dilakukan, akan sangat menyakitkan jika dia harus membantah orang tuanya untuk seorang pria yang bahkan belum dikenal keluarganya namun akan sangat menyakitkan pula jika dia memaksakan diri tinggal dalam mahligai rumah tangga dengan seseorang yang bahkan mendengar namanya saja sudah begitu menjijikkan baginya.

Tak ada pilihan baginya. Ia tidak ingin menyakiti orang tuanya, namun juga tak ingin berlama – lama dalam kesengsaraan yng dideritanya.  Lina memutuskan untuk bunuh diri. Mengakhir penderitaan yang memuakkan nuraninya.

Sebuah novel romantis yang dilukiskankan dengan kata – kata manis. Menarik pembaca masuk jauh ke dalam kisah. Juga seperti visualisasi yang hadir dalam benak dan membuat cerita menjadi semakin nyata.

Pergumulan, masalah, perselisihan, tiga hal yang tidak bisa luput dari kehidupan namun akan berlalu dengan keberadaannya yang tak terlihat namun mampu mendamaikan setiap hati. Ia disebut cinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline