Lihat ke Halaman Asli

Efa Butar butar

TERVERIFIKASI

Content Writer

Berbagi Darah, Selamatkan Kehidupan!

Diperbarui: 11 Juni 2016   21:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto; Dokumen Pribadi

Bagi beberapa orang, termasuk orang dewasa sekalipun, jarum suntik merupakan musuh besar yang tidak memiliki kesempatan barang sekalipun untuk mampir ke tubuh masing-masing mereka kecuali dalam keadaan darurat dan memang mengharuskan yang bersangkutan membiarkan pihak kedokteran melakukannya demi keselamatan dan kesehatan mereka.

Tidak jarang mereka beranggapan bahwa selama masih ada persediaan obat, bahkan dengan rasa sepahit apapun, mereka lebih memilih untuk mengonsumsi obat dibanding membiarkan jarum suntik memasuki tubuhnya.

Kita sebut saja kelompok di atas merupakan kelompok anti jarum suntik. Kelompok yang beranggapan bahwa jarum suntik merupakan musuh besar kehidupan, dan satu benda kecil tajam yang sangat menyeramkan untuk dihadapi. Tidak peduli berapapun umur mereka, bisa dipastikan setiap kegiatan yang berkaitan dengan jarum suntik pasti akan ditolak dengan berbagai alasan.

Selain kelompok di atas, ada kelompok lain masih dengan kasus yang sama, tidak peduli berapa pun usianya, berhubungan dengan darah adalah sesuatu yang tabuh untuk dilakukan. Beberapa dari mereka mengaku tidak berani melihat darah, tidak kuat bahkan tidak jarang yang pingsan saat berhadapan dengan darah, termasuk ketika berhadapan dengan darahnya sendiri.

Entah apa istilah para pakar kesehatan untuk tipe orang seperti yang terdapat pada kedua kasus ini. Namun, tipe orang seperti ini memang selalu ada dan sering ditemukan terutama ketika berhadapan dengan acara donor darah.

Jumat, 3 Januari 2016, berlokasi di bilangan Kranji, kota Bekasi. Untuk pertama kalinya, perusahaan swasta tempat saya bekerja melakukan kegiatan donor darah bekerja sama dengan PMI terdekat yang diperuntukkan bagi seluruh staff dan karyawan kantor (sebagai pendonor).

Kegiatan amal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kesadaran karyawan untuk lebih peduli lagi terhadap sesama melalui sekantong darah yang disumbangkannya.

Pada saat pendataan seminggu sebelum kegiatan berlangsung, penyelenggara acara mulai mengedarkan tawaran bagi staff yang berminat.

Perolehan total staff yang bersedia melonjak setelah diedukasi tentang pentingnya donor darah bagi diri sendiri juga bagi orang lain. Simbiosis mutualisme ini sepertinya mengena tepat ke sasaran sehingga ada beberapa peserta yang menawarkan diri untuk ikut tanpa ditanya sebelumnya. Sedangkan beberapa staff lain yang tidak ikut bergabung dalam acara adalah mereka yang menjelaskan dirinya sebagai kelompok yang phobia terhadap jarum suntik dan darah serta ada juga beberapa yang mencoba menaklukkan takutnya terhadap jarum suntik dan bersedia mendaftarkan diri sebagai pendonor.

Dari total 60 staff yang mengajukan diri untuk mendonorkan darah, hanya sekitar 50% peserta yang dinyatakan oleh pihak PMI darahnya layak untuk disumbangkan.  50% lainnya dinyatakan kurang layak karena kondisi kesehatannya kurang memadai akibat beberapa faktor, seperti kurangnya Hb dalam darah, tensi darah yang tidak normal, serta adanya riwayat penyakit dalam darah peserta hingga tidak memungkinkan untuk dilakukan pengambilan darah.

Yang menarik dari keseluruhan acara adalah, ketika ada beberapa mekanik yang biasanya bekerja di belakang kantor dan belum terdaftar bahkan belum mendapatkan edukasi, bertanya pada salah satu staff yang kebetulan lewat dari depannya. "Bolehkah saya turut sebagai pendonor?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline