Lihat ke Halaman Asli

Een Nuraeni

pekerja sosial

Jangan Salahkan Hujan

Diperbarui: 9 Desember 2020   01:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Selalu banyak cerita saat hujan. Cerita suka, juga duka. Cerita suka biasanya tentang kenangan indah yang pernah dilalui saat hujan itu datang. Hujan bisa membuat anak kecil riang bermain, bisa menahan sesorang untuk pergi, bisa membuat kita berhenti sejenak, bisa membuat kita ingin berdiam diri, bahkan memaksa untuk menjadi berani. 

Hujan justru sering menghadirkan moment-moment tak terduga yang lebih manis dari yang direncanakan.

Sedangkan cerita duka biasanya tentang kejadian bencana yang timbul saat musim hujan seperti saat ini. Banjir dan longsor memang banyak menimbulkan duka untuk mereka yang berada didaerah rawan bencana. Tapi apakah itu semua salah hujan?

sumber gambar: BPBD

Menurut gambar dari BPBD diatas, ada banyak sekali factor penyebab terjadinya bencana banjir. Salah satunya adalah memang dikarenakan curah hujan yang tinggi. 

Namun, kita tau bahwa hal ini diluar kendali kita sebagai manusia. Turunnya hujan adalah mutlak kehendak yang Maha Kuasa, dan tidak akan menjadi persoalan jika saja kondisi alam masih seimbang.

Hilangnya keseimbangan alam banyak diakibatkan oleh tangan manusia seperti buang sampah sembarangan, penebangan hutan, penambangan liar, penggalian terus-menerus, membuat pemukiman tanpa memperhitungkan resapan airnya. 

Penyebab utamanya manusia juga, yang lalai dan dzalim ke diri sendiri. Manusia yang sering menutup mata dan mau enaknya saja ‘yang penting untung’ gali teruuuus tebang teruuuuus.

Hal ini harus kita sadari betul, agar bisa dan mau melakukan tindakan perbaikan dan perubahan prilaku. Mengaku salah dengan tidak melakukan kerusakan lagi dan meminta maaf kepada alam dengan cara memperbaiki kesalahan. 

Kesadaran ini penting agar tidak salah kaprah dalam menyikapi bencana. Jangan menyalahkan hujan, jangan membenci hujan, Justru kalau tidak ada hujan, kita semua akan kesulitan. Bahaya kekeringan bukankah lebih mengerikan?

Bukan salah hujannya. Kitapun sudah tahu dari dulu (dibantu prediksi BMKG) bahwa bulan-bulan tertentu curah hujan memang akan tinggi. Salahnya kita tidak bersiap dan tidak melakukan apa-apa untuk memperbaiki kerusakan yang sudah dibuat. Sedimentasi diabaikan, penebangan pohon dan penambangan masih terus berjalan.

Katanya, lebih baik mencegah daripada mengobati. Jadi, bukankah lebih baik gunakan banyak anggaran untuk melakukan perbaikan daripada untuk penanganan korban bencana terus-menerus bukan? Dengan catatan anggarannya digunakan dan tidak dikorupsi juga. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline