Lihat ke Halaman Asli

Edy Suryadi

Ketua Umum Rumah Kebangsaan Pancasila

Persatuan Adalah Syariat yang Paling Inti dalam Agama

Diperbarui: 27 November 2016   17:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).”(QS. Asy Syuura [42]:13)

Tentang agama itu telah ada pensyariatan untuknya yang Allah tetapkan. Telah Allah wahyukan tentang pensyariatan agama itu kepada Nabi Muhammad saw. sebagaimana telah Allah wasiatkan tentang hal yang sama itu kepada Nabi Nuh, Ibrahim, Musa dan juga Isa. Yaitu bahwa agama itu harus ditegakkan dan bahwa agama itu harus bersifat mempersatukan. Agama itu tidaklah boleh menjadi sumber perpecahan. Dengan kata lain, bahwa penegakan agama itu haruslah merupakan sebuah upaya untuk membangun syariat berkehidupan yang mempersatukan dan mempersaudarakan umat manusia. 

Agama haruslah menjadi sistem hidup yang menumbuh-kembangkan kasih sayang diantara umat manusia. Sistem hidup yang dapat membuat manusia saling peduli dan saling jaga satu dengan yang lain. Jadi adalah sangat keliru tentunya jika hari ini kita mendapati bagaimana agama justru telah banyak menjadi sebab permusuhan dan peperangan. 

Agama tentu seyogianyalah menjadi garda terdepan dalam upaya mempersatukan dan mempersaudarakan umat manusia. Karena agama hadir membawa nama Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sangatlah tidak masuk akal jika agama yang datang dengan membawa ajaran Rahman dan Rahim itu tampil dalam wajah penuh kebencian, arogan dan menjadi penabur benih-benih perpecahan dan permusuhan.

Agama itu sendiri sebenarnya datang membawa sesuatu yang sangat humanis. Sesuatu yang mendamaikan, sesuatu yang menentramkan dan sesuatu yang dirindukan oleh jiwa-jiwa manusia. Agama mengajak manusia berkasih sayang dan membangun kesejahteraan hidup bersama. Bagi orang-orang yang hatinya memang telah mengenal kasih sayang, tentulah akan cenderung ia kepada agama. Namun bagi mereka yang hatinya masih dipenuhi dengan kebencian dan keserakahan memang akan lebih memilih bersikap antipati terhadap agama. Hal tersebut memanglah telah menjadi sebuah masalah klasik yang terus berulang. 

Akan tetapi dalam kenyataan yang kita hadapi hari ini, kita dihadapkan pada permasalahan yang bukan saja hanya berkenaan dengan itu. Hari ini kita juga dihadapkan pada masalah yang berkenaan dengan adanya banyak dari para pemeluk agama yang telah salah dan keliru dalam menafsirkan ajaran agamanya. Dimana hal tersebut telah menjadi sebab timbulah perpecahan yang amat serius dalam tubuh umat manusia. Perpecahan ini bukan saja terjadi diantara mereka yang berbeda agama tapi juga terjadi bahkan atas mereka yang satu agama. 

Bukan saja hanya orang Islam dan non-Islam yang bersilang pandangan sampai dengan saling mengkafirkan, bahkan sebagai mana kita tahu diantara kita yang sama-sama beragama Islam pun cukup banyak terdapat silang pandangan dan juga sampai pada taraf saling mengkafirkan antara golongan yang satu dengan golongan yang lain.

Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). (QS.23:53)

Istilah agama Tauhid itu sendiri bukan saja yang bermakna bahwa kita harus menyembah dan tunduk kepada Tuhan yang satu, melainkan ini juga berarti kita harus menjadi satu kesatuan ummat. Agama tauhid itu berdiri di atas keyakinan bahwa seluruh alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan yang satu. Tidak ada Tuhan lain selain Tuhan yang satu itu. Selain Tuhan semesta alam itu. Dan dari itu maka menjadi pastilah bahwa kebenaran itupun sesungguhnya satu adanya. Tidaklah mungkin ada kebenaran yang lain bagi manusia selain kebenaran yang satu itu. Penting saya rasa bagi kita untuk memahami bahwa keberadaan satu-satunya Tuhan di alam semesta ini membuat kita yakin bahwa penciptaan alam semesta bersama dengan seluruh isinya ini adalah merupakan satu kesatuan paket penciptaan. Dimana hal ini berarti bahwa seluruh manusia, tumbuh-tumbuhan, binatang, matahari, bulan, bintang-bintang dan seluruh yang ada di alam semesta ini sesungguhnya merupakan satu kesatuan penciptaan yang tidak dapat terpisahkan satu sama lain. Tiap-tiap keberadaan menjadi bergantung dengan keberadaan yang lain. Tiap-tiap sesuatu ada untuk membentuk satu harmoni yang menyebabkan dapat terjaganya keseimbangan semesta alam. Manusia tidak bisa hidup tanpa dukungan alam dan demikian juga alam membutuhkan manusia dalam menjaga keseimbangan dan kelestariannya.

Demikian pula halnya jika kita bicara dalam lingkup umat manusia saja. Manusia sesungguhnya diciptakan sebagai umat yang satu; yang keberadaannya harus saling mendukung dan menopang satu sama lain. Umat manusia ditakdirkan hanya dapat mencapai kesejahteraan dan kedamaian jika mereka bersatu dan bersaudara. Sebaliknya jika manusia berpecah-belah dan saling musuh-memusuhi satu sama lain, maka pastilah akan muncul penderitaan dan kerusakan akibat dari itu semua. Kita dapat melihat dari sejarah panjang peradaban umat manusia bagaimana besarnya penderitaan dan kerusakan yang timbul ketika manusia memilih untuk saling memerangi dan menghacurkan satu sama lain. Sungguh harulah kita imani bahwa menjadi satu kesatuan umat adalah fitrah; adalah kodrat bagi umat manusia.

Mempersatukan umat manusia inilah sebenarnya menjadi maksud dari kedatangan para nabi. Inilah sesungguhnya inti dari pada penegakan agama itu. Segala macam peraturan dan syariat yang dibentuk dan diadakan sesunggunya adalah untuk menjadi jalan mempersatukan itu. Itu adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menghantarkan manusia kepada kemanusiaannya. Menghantarkan manusia pada kesadaran akan kodrat dan fitrahnya untuk hidup dalam kasih sayang satu sama lain. Persatuan dan kesatuan umat inilah yang harus senantiasa menjadi perhatian kita jika kita hendak mewujudkan kehidupan yang adil dan makmur di bumi ini. Tanpa terwujudnya persatuan dan kesatuan umat, maka dapatlah kita katakan bahwa adalah mustahil pula akan dapat terwujudnya kehidupan yang adil dan makmur itu. Kita tidak bisa dan tidak boleh menjadikan urusan beragama ini hanyalah sebatas urusan ibadah-ibadah ritual saja. Kita harus betul-betul membawa nilai-nilai agama dalam perikehidupan kita agar denganya dapatlah kita mengenali hakekat dan kodrat kita yang harus hidup bersama. Bahkan sebenarnya jika kita mengerti, menjadi benar-benar Tauhidnya suatu agama itu adalah ketika telah menjadi nyata terwujudnya satu kesatuan umat. Selama kita masih berpecah-belah; masih hidup bergolong-golongan dengan saling bangga membanggakan golongannya itu sebenarnya kita belum bertauhid. Kita belum berada dalam agama yang tauhid itu. Dan bahkan lebih jauh lagi dari itu, sesungguhnya hidup berpecah belah itu; hidup bergolong-golongan itu adalah kemusyrikan. Coba kita perhatikan ayat berikut ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline