Lihat ke Halaman Asli

Edy Supriatna Syafei

TERVERIFIKASI

Penulis

Pitutur Emak Ngah dan Celoteh si Beo

Diperbarui: 23 Desember 2019   07:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi ibu belajar dengan anak (monkeybusinessimages) via Kompas.com

Di kalangan masyarakat Melayu, pitutur itu bisa jadi sama dengan petuah. Nasihat. Nasihat seorang ibu kepada seorang anak tak mengenal waktu. Tiap hari. Ia tak bosan menyampaikannya.

Boleh jadi seorang ibu menasihati anak yang masih kecil bagai radio rusak semata-mata untuk kebaikan masa depannya. Namun penyampaiannya berbeda kala anaknya sudah dewasa.

Nasihat kepada anak yang dewasa atau sudah berumah tangga biasanya disampaikan oleh ibu pada momen penting, seperti pada Idul Fitri. Atau kala rumah tangganya ditimpa "prahara" yang menjurus kepada perceraian.

Di kalangan masyarakat Jawa, pitutur masih kuat melekat. Tak heran karenanya banyak warga yang bermukim di luar Pulau Jawa selalu menyempatkan diri mengunjungi orangtua. Karena itu mudik menjadi penting dan menjadi bagian dari ritual ibadah Ramadan. Nah, dalam kesempatan itu si anak mendapati petuah dari orangtua.

Ilustrasi. Emak dan anak sangat dekat meski tengah sibuk. Foto | Republika.

Nasihat atau pitutur dalam kultur Jawa di antaranya yang sering penulis dengar adalah tentang pembelajaran sabar dalam mengarungi kehidupan. Orang sabar itu rejekinya akan lapang (Wong yen Sabar, rejekine Jembar).

Ketika sang anak melaporkan prihal kesulitan yang dihadapi, sang ibu memberi nasihat agar dalam menjalani kehidupan lebih mengedepankan sikap mengalah, maka hidup akan berkah (Wong yen Ngalah, uripe bakal Berkah). Jadilah orang yang jujur, maka ke depan hidup bakal makmur (Sopo sing Jujur, uripe yo Makmur).

Kalimat Ing Ngarso Sung Tulodomemiliki yang berarti memberikan tauladan di depan, Ing Madya Mangun Karso memiliki arti di tengah membangun semangat dan Tut Wuri Handayani berarti memberikan dorongan dari belakang, sesungguhnya adalah suatu bukti pitutur demikian kuat melekat dalam budaya kita.

Sungguh, hal ini dalam perspektif budaya perlu dilestarikan. Banyak kalimat dari etnis Jawa yang singkat tetapi penuh makna. Pada momen Hari Ibu 2019, baiknya semua itu dapat direnungkan kemudian dijadikan pelajaran dan pedoman dalam hidup.

***
Lantas, bagaimana dengan petutur di kalangan etnis Melayu?

Sama saja. Hal ini juga ada di kalangan masyarakat Melayu. Hanya saja cara penyampaiannya lebih mengarah kepada cara berpantun.

Penulis cukup lama tinggal di kalangan etnis Melayu. Tepatnya di Kalimantan Barat. Provinsi ini memang didominasi etnis Melayu, Dayak dan etnis lainnya seperti Madura, Bugis dan Jawa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline