Tak masalah jika Partai Gerindra masuk dalam koalisi pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi, asalkan saja tetap konsisten dengan semangat mengedepankan kepentingan nasional.
Berbeda pandangan dengan PKS. Jika Partai Gerindra memilih merapat dengan pemerintah dengan alasan kepentingan nasional, maka PKS menjadi oposisi juga merupakan bagian dari kepentingan nasional.
Gabung ke koalisi Jokowi atau oposisi, toh pahalanya sama saja. Nilai perjuangannya sama, yaitu untuk kepentingan nasional.
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menyebut tidak masalah Partai Gerindra masuk ke koalisi pemerintahan selama memiliki kesepahaman visi dan misi dengan partai-partai pengusung Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019.
Selaras dengan pernyataan Surya Paloh, Ketua Umum Partai Gerinda Prabowo Subianto menyatakan, tak masalah berada di dalam maupun di luar pemerintahan. Terpenting, Gerindra siap membantu pemerintah baik saat berada di dalam maupun di luar pemerintahan.
Pernyataan itu terkesan basa-basi. Realitasnya, Gerindra dikesankan publik sekarang ini sudah "ngotot" ingin berada dalam barisan Jokowi. Sedangkan bagi PKS memilih memilih di luar pemerintahan. Tidak kalah baiknya, jadi oposisi.
Ya, tentu saja itu merupakan pilihan.
Dalam kehidupan, orang berjuang dilakukan dengan beragam cara. Ada memilih jalur politik, memilih jadi militer atau menjadi seorang kiyai. Itu pilihan.
Tentang sukses, sangat tergantung dari usaha dan doa. Garis tangan pun ikut menentukan. Jika Yang Maha Esa belum berkehendak, bisa jadi Allah telah menyediakan skenario bagi setiap diri seseorang.
Jangan kecewa. Sebab, kata orang bijak, jodoh hingga kematian pun merupakan kuasa-Nya. Manusia wajib berdoa dan berupaya.
Nah, itulah sebabnya PKS yang sejak koalisi Prabowo terbentuk pada awal kampanye Pilpres menjadi partai konsisten berada pada sikap awal. Politik memang dipahami dinamis, tetapi sikap istiqamah telah menjadi amanat yang wajib dijalankan.