Sungguh terlalu. Sudah menumpang kentut di dalam mobil, lalu tidak minta maaf pula. Hmmm, baunya seperti telur busuk. Kita yang berada satu kendaraan jadi merasa menyesal memberi tumpangan kepadanya.
"Ia tak beretika," kata Johan, pemilik mobil kala menumpahkan rasa kesal kepada isterinya karena mengajak rekan sekantor pulang bersama.
Sang isteri hanya melempar senyum mendengar cerita sang suami tercinta di rumah. Dan, sambil menarik nafas dalam istri Johan itu lalu mengingatkan agar ikhlas jika berteman tidak bisa memantaskan diri di berbagai tempat.
"Sudah begitu, badannya bau apek. Untung aku tak muntah," tambah Johan lagi.
Menanggapi sikap Johan yang marah dan belum juga puas melontarkan kemarahannya, sang nyonya berusaha menahan diri dan membiarkannya terus berceloteh sampai puas menumpahkan kekecewaannya sebagai dampak membawa penumpang kentut di dalam kendaraannya.
**
Ibu Heny tak habis pikir, puteranya punya perilaku menyebalkan yang selalu dilakukan berulang-ulang. Sudah diberi tahu, tapi tak juga diindahkan. Bahkan ia seperti diejek karena perbuatan buruknya berulang kali terjadi.
"Iwan, kalau setelah mandi, handuk jangan dibawa ke kamar. Letakan di tempatnya, agar nanti jika dipakai lagi sudah mengering," pesan Ibu Heny kepada Iwan, putera semata wayangnya.
Karena kebiasaan menyebalkan itu tak kunjung diindahkan, akhirnya Ibu Heny memutuskan menguatkan diri untuk bersabar menghadapi puteranya. Setiap kali Iwan membawa handuk ke kamar dan meletakan di atas tempat tidurnya, saat itu pula sang ibu membawanya keluar dan menempatkan handuk pada tempatnya.
Berbeda dengan kebiasaan suaminya. Munurut Ibu Heny, suaminya, Parjoko punya kebiasaan yang tidak menyenangkan dirinya setiap hari. Tapi ia tak kuasa menghadapinya.
Apa itu. Ya, Parjoko setiap memencet botol odol untuk gosok gigi selalu pada bagian tengah. Bukan pada bagian ekor sebagaimana dilakukan oleh Ibu Heny. Tapi, karena sudah menjadi kebiasaan, akhirnya Ibu Heny memutuskan harus bersabar menghadapi suami yang punya kebiasaan tak disukainya.