Lihat ke Halaman Asli

Edy Supriatna Syafei

TERVERIFIKASI

Penulis

Mengolah Daging Kurban di Makkah Beda dengan di Kampung Halaman

Diperbarui: 10 Agustus 2019   22:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasar Hewan di Kakiyah, Mekkah. Ramai saat musim haji. Foto | Antara

Sebelum mengungkap resep dan mengolah  daging kurban, ada baiknya diungkap makna Idul Qurban (Kurban) yang setiap tahun dilaksanakan umat Muslim di seluruh dunia. Hari Raya Kurban tak bisa dilepaskan dengan perjalanan sejarah Nabi Ibrahim As dan puteranya Ismail As.

Setelah itu, berlanjut cara berkurban yang dilakukan anggota jemaah haji Indonesia seusai menunaikan ibadah haji. Dan terakhir bagaimana MengolahDagingKurban sehingga dapat dinikmati bersama.

Pemotongan hewan kambing. Foto | Dokpri

Ini sekedar berbagi saja agar makna Idul Kurban itu sendiri semakin meresap, diharapkan membuahkan kesalehan sosial bagi sesama. Kita tahu bahwa Nabi Ibrahim, yang hidup abad 18 SM,  saat itu tengah berada pada masa persimpangan jalan pemikiran manusia tentang kurban-kurban manusia untuk dipersembahkan kepada dewa-dewa dan tuhan-tuhan mereka.

Perintah Allah kepada Ibrahim AS untuk menyembelih anaknya (Ismail) adalah wujud ketaatan beliau terhadap perintah Allah.  

Nabi Ibrahim menerima wahyu melalui mimpi agar menyembelih putranya Ismail. Kala itu, perasaannya hendak menyangkal: ini bukan wahyu, ini bisikan iblis. Maklum, ayah mana yang tidak memberontak menerima perintah sekejam itu. Apa lagi beliau baru sehari berkumpul dengan Ismail setelah 11 tahun berpisah.

Akan tetapi, nalar Ibrahim tergugah tatkala Ismail, putra kesayangannya itu, dengan tabah menjawab, "Ayah, laksanakan perintah Tuhan itu, mudah-mudahan akan Ayah saksikan nanti, putramu ini tergolong hamba-Nya yang bersabar."

Maka, ketika di puncak Jabal Qurban, Ibrahim meletakkan goloknya ke leher Ismail, yang terbersit di hatinya hanya sebuah ikrar. "Tuhan, sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah semata-mata untuk-Mu".

Cahaya golok itu berkelebat tertimpa cahaya matahari pagi manakala sebuah suara gaib bergema dari langit. "Hai Ibrahim, engkau telah mematuhi perintah-Ku walaupun terasa berat dalam perasaanmu. Engkau akan Kuganjar dengan penyembelihan agung sebagai kehormatan dari arasy-Ku". Mata Ibrahim terpejam sekejap karena golok telah menyambar sang korban. Terdengar sesosok benda-benda berat berdebam ke tanah. Ia menyangka Ismail telah terpenggal lehernya.

Namun, betapa lega perasaannya ketika ia membuka mata yang tergeletak di bumi berlumur darah bukan anaknya, melainkan seekor domba berbulu putih. Sementara itu, Ismail berdiri tegar seraya berseru, "Allahu Maha Besar, Allahu Maha Besar." Ibrahim pun menjawab, "Segala puji bagi Allah Yang Mahabesar."

Sejatinya, perintah Allah kepada Nabi Ibrahim AS agar menyembelih putranya sendiri sebagai wujud kualitas ketakwaan dan kesabaran yang ditunjukkan kedua hamba Allah tersebut. Dan, juga sebagai isyarat betapa pun besarnya cinta seseorang kepada sesuatu yang dimilikinya bukanlah sesuatu yang berarti jika Allah menghendakinya.

Disebut dari kisah Nabi Ibrahim tersebut bahwa akhirnya Allah memberi pengganti seekor domba yang harus disembelih sebagai bukti keberhasilan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam melaksanakan perintah dan ujian yang amat berat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline