Lihat ke Halaman Asli

Edy Supriatna Syafei

TERVERIFIKASI

Penulis

Belajar Sabar dan Ikhlas dari Masjid Qisas, Jeddah

Diperbarui: 27 Mei 2019   21:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masjid Qisas, Jeddah, di malam hari. Foto | Dokpri

Dalam perjalanan kembali ke Tanah Air usai menunaikan ibadah umrah pada Ramadan ini, penulis bersama rombongan menyempatkan diri singgah di Masjid Qisas, Jeddah.

Entah yang keberapa kali penulis bertandang ke masjid tersebut. Ketika bertugas sebagai petugas haji di Jeddah, penulis tak pernah terpikirkan hal ikhwal tentang qisas.

Masjid ini berada di kawasan Balad Jedda, tak jauh dari  Departemen Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi. Tepatnya di antara Jalan Bagdadiyah, Jalan Syeikh Al Juffali dan Jalan Madinah.

Seperti kebanyakan orang, qisas dimaknai sebatas pelaksanaan eksekusi mati dengan cara memenggal kepala. Padahal tidak sebatas itu.

Kini baru terpikirkan bahwa qisas adalah prinsip hukum dan dijunjung tinggi mensyaratkan setempat yang menegaskan adanya pembalasan setara. Hal ini penting dipahami warga di Tanah Air karena prinsip hukum ini tak bisa diintervensi sekalipun oleh seorang presiden atau raja.

Jika kita gali lebih jauh, realitasnya, hukuman di Kerajaan Saudi Arabia ini adalah yang dibunuh harus dibunuh pula. Ini untuk kasus pidana.

Di Arab Saudi tidak dikenal pelaku pembunuhan dapat terbebas dari hukuman dibunuh. Jadi, membunuh hukumannya ya dibunuh. Ini prinsip. Grasi tidak dikenal.

Hukuman ini di negeri petro dolar, Arab Saudi, sudah berurat-akar hadir di negeri itu. Dalam sejarah tak pernah terjadi pangeran, putra mahkota, gubernur hingga raja mengintervensi hukuman ini. Keputusan pengadilan, jika memang terbukti melakukan pembunuhan - dengan cara dan alasan apa pun - pasti kena hukuman qisas.

Meski masjid ini digunakan sebagai tempat qisas, dari dahulu hingga kini, yang penulis saksikan tak terkesan menyeramkan. Sama saja dengan masjid lainnya yang ada di Jeddah.  Jika saja itu di Tanah Air, bisa jadi sebagai tempat 'uji nyali'. Hehehe.

Dari catatan sejarah, dulu  tempat ini bernama Masjid Syeikh Ibrahim Al-Juffali. Konon, nama tersebut diambil dari nama Syeikh Ibrahim, warga Jeddah kaya dan membangun masjid itu.

Meski secara umum tak menyeramkan, ada satu sudut masjid yang menjadi lokasi eksekusi mati atau hukuman pancung. Posisinya persis di samping masjid. Luasnya tak seberapa bahkan terbilang kecil kurang lebih 25 meter persegi dan berlantai keramik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline