Di tengah sujud dan melambungkan seluruh doa yang sudah lama terpatri di benak, diri ini terasa nyaman. Hati damai. Tenteram. Apa lagi sebelum masuk ke lokasi Raudhah, kita, seluruh warga Indonesia, yang tengah berziarah ke Makam Rasululah, Nabi Muhammad SAW, harus bersabar dalam suasana mengantre padat.
Sambil menanti sekat-sekat terpal sebagai penghalang dibuka, penulis terus menerus berdoa dan membaca shalawat. Kala mendapat kesempatan berdiri di area Raudhah, hati tetap diliputi saasana gembira.
Sudah lebih 6 tahun penulis tak berkunjung ke Makam Rasulullah dan kini hati seolah terbayar ketika menyaksikan makam Rasulullah SAW yang berdampingan dengan dua sahabatnya: Abu Bakar dan Umbar.
Salah satu sahabat nabi lainnya, Yaitu Usman berada di Makam Baki, bersebelahan dengan Masjid Nabawi, Madinah. Sedangkan sahabat Ali dimakamkan di Bagdad, Irak.
Terkait dengan doa di area Raudhah, umat Muslim mana pun sangat menanti bisa berdoa di sini. Meski mereka berada nan jauh dari seberang laut, berasal dari wilayah belahan bumi paling timur atau paling berat, ketika hati tergerak dan dapat panggilan-Nya untuk mendatangi Masjidil Haram dan Nabawi, maka semua itu dapat terwujud.
Raudhah adalah salah tempat paling dijabah Allah ketika seseorang Muslim berdoa di sini. Masih ada tempat lain seperti di Multazam, sisi kiri pintu Ka'bah, dan tempat-tempat lainnya dengan waktu yang sudah ditentukan Allah seperti di Padang Arafah ketika wukuf, saat pelaksanaan ibadah haji.
Dalam berbagai literatur disebut bahwa Raudhah adalah area di sekitar mimbar yang biasa digunakan oleh Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam untuk berkhutbah. Berdasarkan hadits, Raudha memang termasuk dalam taman-taman surga. Oleh karena itu disunnahkan shalat di raudho baik shalat fardhu ataupun shalat sunnah.
Demikian juga disunnahkan i'tikaf atau duduk untuk berdzikir atau membaca Alquran di sana. Karena beribadah di sana terdapat pelipat-gandaan pahala.
Di Raudhah ini penulis, ada doa secara pribadi yang disampaikan. Ada pula doa yang umum yang dikumandangkan seperti permohonan rekan-rekan penulis dan para tetangga agar disampaikan doanya untuk sesegera mungkin dapat berziarah ke Makam Nabi Muhammad SAW dan menunaikan ibadah haji.
Karena doa disini berebutan, askar mengusir bagi jemaah yang berdoa terlalu lama. Penulis merasa bersyukur bisa memanjatkan doa berpanjang-panjang ketika bersujud. Tentu didahului dengan shalat sunnah.
Nah, ketika bersujud itu penulis merasa terganggu mendengarkan doa yang dipanjatkan dalam Bahasa Indonesia. Seorang tetua memimpin doa dengan tiga orang sebagai anak buahnya, mengaminkan dengan suara cukup keras.