Sungguh indah dipandang mata. Di sini, kota Mekkah saat Ramadan, manusia menumpahkan kesalehan sosialnya guna menjaga hubungan baik antarsesama dan saat bersamaan meningkatkan keimanan yang terwujud dalam ibadah puasa, shalat terawih dan amalan lainnya.
Sementara itu di Madinah, pada momen bulan Ramadan ini, juga tak kalah istimewanya. Para petugas Masji Nabawi, Madinah, menyambut para tamunya di pelataran masjid dan membawanya ke tempat duduk yang sudah tersedia makanan buka puasa.
Hehehe terasa seperti tamu agung masuk masjid disambut tamu ganteng berbadan item tegap mengenakan baju gamis putih. Selidik-punya selidik, ternyata ia adalah Ahemd berasal dari Magribi yang sudah menjadi warga negara Saudi dan bekerja pada otoritas Masjid Nabawi.
**
Tradisi buka puasa di dua kota suci Mekkah dan Madinah sangat khas. Dikatakan demikian lantaran ada kegiatan menyolok dari para warga setempat yang menyambut tamu Allah. Yaitu, warga setempat menyediakan dan menyumbangkan makanan. Khususnya warga Mekkah.
Di sepanjang jalan, emperan hotel dan toko, apakah dia sudah menjadi warga Arab Saudi atau mukimin dari berbagai negara Muslim, warga Mekkah membagikan makanan bagi tamu Allah yang tengah menunaikan buka puasa sudah mentradsi. Para tamu Allah itu datang ke Mekkah lantarana terdorong dan meyakini ikut ibadah umrah saat Ramadan akan mendapat pahala setara ibadah haji.
Warga Mekkah antusias ikut meramaikan suasana buka puasa. Mereka seolah sudah terbiasa dari tahun ke tahun ikut hadir di kota suci itu. Mereka ada di antaranya ikut membaur bersama anggota jemaah umrah. Tapi ada yang sibuk menyediakan air zamzam, kurma dan makanan khas Timur Tengah seperti nasi mandi.
Tapi, kebanyakan tidak dilengkapi daging kambing, loh! Sebagai penggantinya, ya dilengkapi daging ayam. Tetap lezat.
Di trotoar hotel, termasuk kelas mewah seperti Hotel Zamzam, dibagikan makanan secara gratis. Demikian halnya di dalam masjid, jemaah yang menanti azan magrib disiapkan makanan di atas sejadah untuk berbuka puasa. Wuih, makanan melimpah. Pantas saja, orang puasa di Tanah Suci tidak takut kekurangan makanan. Dan, kalau saja hal ini terjadi di Jakarta, lalu lintas yang selalu diwarnai kemacetan bakal tidak terjadi.
Mengapa? Ya, karena semua orang kaya dan berkemampuan menyumbang makanan untuk warga berbuka puasa di masjid-masjid. Masjid-masjid pun penuh dengan acara buka puasa. Bukan acara buka puasa pejabat yang diramaikan.
Tapi, itu kan cuma hayalan penulis yang kini tengah menyaksikan demikian sibuknya para pengelola hotel, toko dan warga lokal berlomba-lomba menyediakan makanan untuk para tamu Allah.